WATANBE, SAMURAI YANG SETIA
Jun watanabe menghunus katana dengan tangan bergetar, sebilah washi terselip di
dipinggangnya. Hakama bagian kanan samurai muda itu koyak, sementara
beberapa bagian tubuhnya mengucurkan darah.
“naaa..omae wa oni kanaaa…” ledek pria
dihadapannya. Badannya dua kali lebih besar dari watanabe. Ia takaoki shinzen. Gerakan tubuhnya tenang, ayunan tangan
dan langkahnya halus, tapi mata pedang
ditangannya berkilat kilat menunggu kesempatan untuk melakukan serangan
penghabisan.
“ooku chi ga deta kedo mada shinai no ?
yarrro !!! ”
“nandatte me !!! ima korosee yo !!” teriak Watanabe. Ia mengatur kembali kuda kudanya yang mulai goyah.
Baik watanabe atau takaoki saling
berhadapan dalam sebuah pertarungan mematikan. Disini, di
Takaoki mengayunkah langkah, bergerak simultan mengelilingi musuhnya. Watanabe diam tapi tetap waspada. Sebuah sabetan dari arah samping menyatsarnya, ia refleks mengkis. Bunyi dua katana yang beradu membuat bunyi dencingan khas sekaligus menimbulkan percikan bunga bunga api yang terang. Takaoki kembali menghanam dari arah atas. Tubuhnya yang gempal seolah menelan watanabe. tapi ia berkelit kesamping sambil menyabetkan Katana. Luka luka membuat gerakannya melambat.
“oi ! seppuku shittara ii naaa,” takoki kembali meledek. Lalu dengan segenap tenaga ia menghantamkan katananya ke katana watanabe. Hantaman itu dapat tertahan tapi tenaga didalammnya sangat kuat hingga watanabe terjungkal. Genggaman katananya lepas, pedang itu kini beberapa meter tergeletak dari tempatnya berada. Keadaan jadi tidak seimbang. Watanbe terpojok, takaoki menyeringai. Ia mendekat, lalu dengan sebuah ayunan ia hendak menghujam dada watabe, tapi keadaan seketika terbalik. saat kedua tangan takaoki terangkat keatas, maka disana muncul kesempatan. watabe dengan washi yang ada dipinggangnya lebih dulu bangkit dan menghujam perut takaoki. Darah segar muncrat ketanah. Takaoki limbung, ia tak menyangka dengan gerakan mendadak itu. Sebuah hujaman kembali mendarat di perut. Ia tersungkur tubuhnys mengejar dan tewas beberapa saat kemudian.
“Dare
ga shinda ka ? dare ga ikeru ka ?,” katanya. Ia menatap tubuh takaoki yang
terbujur kaku lalu meludahinya, “kuso
!!”. setelah pertarungan usai, dari arah ilalang muncul kaneuchi. Langkah
pria berumur empat puluhan itu tergesa.
“bagaimana ?
apakah ia sudah benar benar mati ?”
“anda bisa melihatnya sendiri kaneuchi sama”
Ditiliknya jasad
takaoki. Ia tersenyum licik. “bagus anak
muda bagus, ku jamin daimyoo akan senang atas hasil kerjamu.” Kaneuchi
menepuk nepuk pundak watanabe. Sebagai samurai yang berusia lebih tua ia
terlihat kagum atas kemampuan bertarung bawahannya itu. Apalagi yang dikalahkan
bukanlah orang sembarangan.
“ini sudah tugasku melindungi majikan ku
kaneuchi san”
“Penggalah kepalanya tunjukan pada daimyoo dan kau akan naik pangkat”
“kaneuchi san”
“Ya anak muda ?”
“Terimakasih telah mendampingiku” kaneuchi mengguk.
Watanabe megangkat tinggi tinggi katananya agar terkumpul tenaga hingga kepala dan tubuh itu pisah dalam satu kali tebasan. Tapi pada posisi itu tanpa disangka sangka dari arah belakang Kaneuchi menikam punggungnya. Ia tak mengira terhadap serangan tiba tiba itu. rekan yang menemaninya menuju pertarungan itu tanpa alasan mencelakai dirinya. Tubuh Watanabe mengejang, darah tumpah dari tubuhnya. Kaneuchi menekan kuat kuat katana digenggamannya agar ia menusuk lebih dalam. “hei anak muda, aku yang harus bilang terima kasih pada mu”
takaoki melangkahi tubuh watanabe
yang sudah tak sadarkan diri. “baka.”
Lalu dengan katananya ia bermaksud memenggal leher takaoki. namun hal itu urung dilakukan karena
pedangnya terlalu tumpul. sejak diangkat menjadi pejabat tinggi Izu
Malam itu kaneuchi pulang ke Izu
dengan membawa kepala kepala tanpa jasad. Agar terkesan kalau ia yang telah
melakukan pertarungan, disayatlah dada, tangan dan paha oleh dirinya sendiri.
Sementara Watanabe dibiarkan membusuk dipadang ilalang kashima.
*****
Halaman rumah daimyoo Hiroshige ramai oleh para samurai yang berkerumun. Mereka sudah berkumpul sejak fajar dengan perasaan takjub karena disana Kaneuchi berdiri. Dilemparkan kepala dalam genggamannya itu ketanah. “inikan yang kalian cari cari”. Ia menyalak sambil bertingkah sok jagoan sambil menyurai katana dipinggangnya.
Tak lama Hiroshige muncul dari dalam
rumah. Beberapa samurai berpangkat tinggi mengikuti.
“bajingan ini akhirnya mati juga”
“Hiroshige sama, okage sama de. Berkat doa
anda” ia melakukan ojigi hingga kepala dan pinggangnya sejajar. Diamyoo itu
memeratikan kepala takaoki. senyum puas menyembul dibibirnya.
“tapi ada kabar buruk yang ingin ku
sampaikan.” Kaneuchi berlaga sedih.
“beberapa hari sebelum sebelum pertarungan
ku, abdi mu watabe telah menghadapinya”
“apa yang terjadi dengannya ?”
“Maaf, ia terbunuh”
Hiroshige memegang pundak Kaneuci erat erat. “kau telah membalaskan dendamnya takaoki. ia pasti senang di surga”. Seorang samurai membariskan kawan kawannya. setelah semua berjajar rapi dihadapan mereka Hiroshige memberi pidato, gembong perampok paling ditakuti di daerah Izu telah mati. Rakyat akan kembali bertani dan berdagang dalam keadaan aman. Dua prang samurai telah berjuang untuk sebuah harga yang sangat mahal, bahkan salah satunya tewas. Telunjuk Hiroshige menunjuk Kaneuchi dengan bangga. “kita semua berhutang banyak pria pemberani ini.” Takaoki melakukan ojigi lagi.
“seperti yang telah ku janjikan aku akan memberi seratus ribu oku bagi siapa saja yang berhasil kaneuchi dan ditambah emas juga perak ” mendengar hal itu hati takaoki bersorak kini ia kaya raya. Ia beran benar mendapat keuntungan atas peristiwa ini. Siapa tak tergiur atas sayembara yang diadakan oleh daimyoo. Membunuh Takaoki memang pekerjaan berat, nyawa taruhannya. Tapi hadiah itu membuat para samurai dan rakyat rela mengorbankan nyawa untuk meraihnya. Pada akhir sayembara takaoki yang menjadi pemenang. Ia tak harus bersusah payah seperti yang lain karena ia merebut hadiah itu dari watanabe secara Cuma cuma.
Horshige
mengacungkan telunjuknya kelangit. Dengan lantang ia berteriak “nanti malam kita berpesta”.
*****
Menjelang senja Seorang pengawal berlari tergesa gesa menghadap Hiroshige. Ia membawa berita yang membuat daimyoonya itu terkejut. Setelah mendengar laporan tersebut, Hiroshige segera menuju halaman rumah. Dari kejauhan ia melihat seorang pria dipapah dua orang samurai. Sang pria terlihat sangat kepayahan. Bajunya berlumuran darah dan koyak dimana mana. Samurai samurai lain segera menyambut kepulangannya. Hiroshige tebelalak menyaksikan watanabe yang masih hidup.
“kau
bilang ia telah tewas ?” Hiroshige menanyai Kaneuchi yang baru saja
dipanggil dari pondok.
“yang ku tahu demikian Hiroshige sama, tapi ternyata ia…” hiroshige menghampiri samurai mudanya. Ia menyuruh beberapa otetsudai mengambilkan minuman.
“demi
tuhan hiroshige sama, kulihat ia telah tewas beberapa hari lalu tapi Ternyata
ia…..” wajah Kaneuci mendadak pucat. Ia seperti melihat hantu disiang
bolong. Tapi ia segera menyembunyikan kepanikan itu dihadapan tuan dan kawan
kawannya.
“kau
bajingan Kaneuchi,” kata Watanabe
begitu ia sampai didekatnya dan Hiroshige. Atas perkataan tersebut Daimyoo
keheranan. Ia belum mengerti apa yang terjadi diantara dua samurainnya.
“ia telah menikamku dari belakang.”
orang
ini berdusta !! demi tuhan ia berdusta”
“aku yang telah membunuh Takaoki, bukan
bajingan ini”
“Dusta lagi, dia Cuma ingin dapat uang dan emas !!”
Hiroshige berdiri diantara kedua
samurainnya. Ia tak tahu siapa diantara mereka yang berkata jujur. Sebagai
daimyoo ia tak mau mengambil keputusan gegabah.
Dengan tenang hiroshige memerintah,
“Kaneuchi karena kau lebih dulu sampai di
Izu, kuminta penjelasan dari mu”
“sungguh Hiroshige sama, kulihat ia telah
tewas bebepara hari lalu” Watanabe menatap jijik orang yang ada
disampingnya.
“hiroshige sama, kalau memang perkataanya benar, suruh pendusta ini memberi bukti?”
Kaneuchi yakin Watanabe tak punya seseuatu yang dapat menguatkan tuduhannya. Tak ada yang melihat kejadian itu. disana Cuma dia, watanabe dan takaoki. tak ada yang bisa dibuktikan karena hiroshige cuma menerima laporan ketika sedang mendengkur di Izu.
watanabe
menghapiri Hiroshige, ia membuka pakainnya. “Hiroshige
sama”. katanya, “kau seorang daimyoo
dan tentu pernah bertempur”
“ya, aku beberapa kali ikut bertempur”
“karenannya kau bisa membedakan jenis luka”
Hiroshige mengerutkan dahi, “apa maksudmu ?” Watanabe melanjutkan seorang ahli
pedang sejati walau ia seorang bajingan, akan betempur dengan cara cara terhormat.
Ia menghadapi lawannya dengan katana terhunus dan saling membunuh sampai salah
satu diantara mereka mati.
“lalu ?”
“Tapi tidak dengan bajingan ini karena ia
menikamku dari belakang.” Watanabe mambalikan badan ia menunjukan luka yang
dalam dipunggungnya.
“maaf Hiroshige sama aku keberatan” Kaneuchi memotong. Dalihnya bisa saja ia menusuk punggunya sendiri. Ini sebuah fitnah. Apa bukti dirinya telah menikam watabe dari belakang ?
Watanabe tersenyum ia mencabut
sebilah katana di punggungnya. Diserahkan katana yang berlumuran darah kering
itu pada hiroshige. Dengan jelas pada katana tersebut terdapat inisial nama
watanabe. Hiroshige tersenyum. “otakmu
ternyata setumpul pedang mu.” Kaneuchi mati kutu.
******
pagi itu kaneuchi bersimpuh
dihadapan Daimyoo dan para samurai dengan pakaian serba putih. Dihadapannya terdapat sebilah washi. Daimyoo memerintahkan untuk
meminum dua cawan kecil sake yang telah disiapkan. Dengan minum dua cawan kecil
berarti ia melakukan empat tegukan. Dan empat adalah angka kematian. Setelahnya
ia melakukan seppuku. cara yang
diambil oleh para samurai untuk menyelamatkan harga diri merekakarena suatu
kesalahan atau kalah dalam pertarungan, dengan cara menikam perut sendiri
dengan sebilah washi. Kaneuchi mati sebagai seorang penipu. Tak ada yang
mengenang kisah hidupnya setelah kejadian tersebut. Sementara Watanabe
mendapatkan haknya. Ia menjadi samurai yang Setia mendampingi daimyoo Hiroshige
dari tahun 1790 sampai 1815, beberapa saat sebelum restorasi Meiji meledak dan
meruntukan kejayaan para jagoan pedang.
Daftar Istilah
Katana :
Pedang Khas Jepang
Washi :
Pedang Khas Jepang dengan ukuran lebih pendek
Hakama :
pakaian para samurai
Samurai :
jago pedang. Orang yang menjadi abdi Daimyoo
“naaa..omae wa oni kanaaa…” : hei..kau
ini setan atau apa ?
“ooku chi ga
deta kedo mada shinai no ? yarrro ! ” : sudah banyak keluar darah belum
mati juga ? brengsek !!
“nandatte me !!! ima korosee yo !!” :
apa kau bilang ? kau yang akan mati duluan
“oi ! seppuku shittara ii naaa,” :
lebih baik kau bunuh diri saja
“Dare ga shinda ka ? dare ga ikeru ka ?,” :
siapa yang mati siapa yang hidup ?
Kuso
: brengsek
Baka
: goblok
Daimyo
: penguasa sebuah perfektur
“Hiroshige sama, okage sama de. : tuan
Hiroshige, berkat doa anda
Otetsudai : pembantu
Seppuku
: Bunuh diri ala samurai
restorasi Meiji : peralihan zaman dari
era samurai menuju era modern
Komentar