Fatima Al-Fihri: Dari Berpikir Kritis Hingga Mengubah Peradaban

(Tulisan ini adalah tugas yang dikumpulkan pada Mata Kuliah Pengantar Ilmu Literasi)

Filsuf Prancis Rene Descartes berkata, “Cogito ergo sum, aku berpikir maka aku ada.” Eksistensi manusia dapat diukur dari kualitas gagasan-gagasannya. Kekuatan pikiran merupakan modal awal guna menggapai harapan dan cita-cita. Fatima Al-Fihri dalam hal ini dapat dijadikan model. Bila Perempuan tak melulu berkutat pada persoalan dapur, sumur dan Kasur seperti dalam budaya priyayi yang patriarkis. Namun ia dapat pula mengambil peran sentral dalam sejarah khususnya di bidang Pendidikan tinggi.  

Fatima Al-Fihri mendirikan Universitas Al-Qarawiyyin Pada tahun 859 M. bermula dari masjid dan madrasah yang sifatnya non formal lantas berkembang menjadi universitas dengan pola Pendidikan formal pertama di dunia. Berlokasi di kota Fez Maroko, Universitas Al-Qarawiyyin mempelajari sejumlah disiplin ilmu seperti teologi, hukum Islam, sains, kedokteran, astronomi, dan bahasa. Perpustakaannya menampung 4000 manuskrip yang kaya, di antaranya adalah salinan Al-Qur’an dari abad ke-9 dan Alkitab versi bahasa Arab dari abad ke-12. Sebuah pencapaian inetektual gemilang, di saat Eropa pada waktu yang sama, meminjam istitilah Caesar Baronius masih berada pada masa saeculum obscurum alias masa kegelapan.  

Bila kita menilik jauh, maka terdapat sejumlah pelajaran yang dapat kita gali dari cara berpikir kritis seorang Fatima Al-Fihri. Ia merupakan sosok yang berani menjawab tantangan intelektual dalam Al Qur’an. Seperti disebut dalam Surat Ar Rahman ayat 33 yang berbunyi, 

“Hai jama'ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.”

Kekuatan yang dimaksud pada ayat di atas dapat ditafsirkan dengan kekuatan iman, finansial dan inteletual. Jawaban atas tantangan untuk “menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi” tak dapat ditemukan kecuali dengan pengetahuan. 

Al-Fihripun merupakan sosok yang all out dalam berjuang. Ia menggunakan uang warisan ayahnya untuk memodali pendirian Universitas Al-Qarawiyyin. Ia tak lagi menghitung untung rugi duniawi, namun memberikan lebih untuk memuliakan bidang yang amat ia cintai yaitu Pendidikan. 

Cara berpikir Al Fihri yang maju dan terbuka juga tampak dari para mahasiswa Al Qaqriyyin yang bukan hanya beragama Muslim tapi juga non muslim dari seluruh penjuru dunia. Mereka berasal dari berbagai latar belakang dan agama. 

Kontribusi Fatima Al-Fihri dengam mendirikan Universitas Al-Qarawiyyin telah melahirkan para ilmuwan besar seperti Al Idrisi sang kartografer (pembuat peta), Ibnu Khaldun atau Al Arabi sang sosiolog, atau tokoh non muslim seperti Gerbert of Aurillac yang dikenal sebagai Paus Sylvester II, hingga filsuf yahudi Maimonides.

Abu al-Abbas az-Zawawi yang seorang pakar matematika, Ibnu Bajjah yang seorang pakar bahasa Arab dan dokter, dan Abu Madhab al-Fasi yang seorang pemuka dari Mazhab Maliki juga pernah belajar di sana.

Eksistensinya pun mampu menginspirasi berdirinya Universitas Cordoba dan universitas-universitas lain di dunia.  Konsep pembelajarannya diadopsi oleh Eropa termasuk Universitas Bologna, yang didirikan pada 1088 M.

Kampus-kampus di dunia sampai saat ini mengadopsi baju mahasiswa atau toga ala Fatimah Al Fihri. Toga berbentuk persegi panjang merupakan lambang yang terinspirasi dari bentuk Ka’bah di Mekkah, kiblat kaum muslimin.

 Setelah Al Fihri meninggal, universitas yang didirikannya terus beroperasi. Masjidnya menjadi masjid paling besar di Afrika, yang dapat menampung jamaah hingga 22.000.  Satu fakta yang tak dapat dipungkiri jika Universitas Al-Qarawiyyin adalah universitas tertua yang ada di dunia  sebagaimana diakui oleh Guinness World Records dan UNESCO.

Fatima Al-Fihri adalah figur inspiratif yang telah menyumbangkan kontribusi nyata bagi dunia pendidikan. Visinya jauh melampaui jamannya. kegigihan dan komitmennya menjadikan ia sebagai role model bagi kita untuk mengambil peran di panggung sejarah. Tak Cuma jadi penonton. Tak Cuma jadi tim hore. Lantaran sebagaimana Rasulullah bersabda jika sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya. 


Komentar

Postingan Populer