LACADON FANTASY

sumber foto: istimewa

LACADON FANTASY
(Terinspirasi oleh perjuangan geriliawan ZAPATISTA)

Aku adalah seekor lebah kecil bersayap putih trasparan dengan kombinasi warna kuning hitam genit ditubuhku. Pekerjaanku mencari saripati bunga ditengah hutan kemudian kubawa pulang kekerajaan para lebah jenaka disebuah dahan pohon oak paling besar disini, di rimba raya Lacadon. Jarak antara sarang dan taman bunga sangat jauh dan ini benar benar pekerjaan yang melelahkan apalagi bagi pemula sepertiku.
Tapi beruntunglah aku dan kumbang kumbang lain, karena ketika rasa lelah datang, kami dapat beristirahat barang beberapa menit dirumah paman Miguel sanchez, seorang pria baik hati berjanggut putih mirip sinterklas. Istrinya, Carmen adalah wanita paling setia didunia, dalam keadaan apapun, dimanapun kapanpun, ia selalu ada dengan segenap dedikasi dan pengabdiannya pada paman Sanchez. Carmen yang mantan peramal Gypsy itu masih menyimpan sisa sisa kerupawannya kendati ia telah menginjak umur lima puluh tahunan dan barangkali itulah yang membuat paman Sanchez tetap tergila gila
padanya sampai hari ini.
Pada suatu sore yang lembab manakala kabut tebal telah turun dari puncak lacadon, aku datang untuk berkunjung kekediaman mereka dipintu hutan. Diberanda rumah, Carmen sedang duduk rebah diatas kursi goyang tua. Matanya terpejam dan mulutnya bergumam seperti sedang berdoa atau mengucapkan sesuatu yang tak ku mengerti.
“olla mama cassina”, ( hallo mama cantik) sapaku, kemudian hinggap diatas bahunnya yang hangat
“Hei, carinho” ( hei, sayang ), jawabnya sambil tersenyum.
Carmen meletakan diriku diatas telapak tangannya. Kurasakan sentuhan seorang ibu sejati, lembut dan penuh cinta. kukibas kibaskan sayapku yang basah. Embun itu membuat perjalanan hari ini dua kali lebih berat dari biasanya.
“mana paman Sanchez?”
Carmen tersenyum, Tapi terlihat senyum itu adalah senyuman penuh rahasia. kulihat Keningnya berkerut dan pandangan matanya kosong. Ia berdiri kemudian melangkah kehalaman depan. Ditatapnya rimba raya lacadon yang perawan. Sepi. Sangat sepi. Hanya pelan pelan terdengar rintik hujan turun dari langit kelabu.
“kekasihku sedang berburu” jawab Carmen
berburu ? kalau hanya berburu kenapa kau terlihat begitu galau?”
Carmen menarik nafas panjang, ia menerangkan kalau Paman Sanchez sedang mencari Antonio busto, seekor srigala raksasa jahat, monster pengacau yang suka meneror seluruh penghuni hutan. Kami disini sepakat untuk memanggilnya el Diablo,
( sang penjagal ) karena ia benar berar pembunuh berdarah dingin.
“bisa kau katakan sekali lagi?” tanyaku tak percaya
“ ya, si tampan sedang memburunya”,
Aku menggelengkan kepala. Bagaimana mungkin lelaki tua ringkih berumur emam puluh empat tahun seperti Paman Sanchez dapat mengalahkan seekor srigala besar dan kuat seperti Antonio. Dia adalah momok bagi seluruh penghuni rimba raya. Siapa tak kenal padanya ? Ia yang memiliki sejuta tentara dari jenis binatang dan hantu hantu hutan, dapat memaksakan kehendak kendati kehendak itu bertentangan dengan hati nurani. Kalau antonio sedang ingin sesuatu dari sebuah koloni, ia membujuk, memaksa, bahkan menginvasi koloni itu demi mewujudkan keinginkannya. Kalau ada sebuah koloni membangkang, tak segan segan antonio mengerahkan tentara tentaranya untuk melakukan serangan sampai tak satu nyawapun tersisa. Siapapun yang keras kepala, akan dicap sebagai pembuat onar dan pengacau. Akan disebut teroris dan poros setan. Tak boleh ada yang lebih dari antonio dalam hal apapun, dan kalau ada, kembali kekuatan otot akan berbicara.
Mumpung hari masih terang, ku susul saja paman Sanchez. Setelah pamit pada Carmen, Sayapku mengepak dan segera mengambang diudara. Sekilas terlihat mata Carmen memerah. Rona wajahnya beku benar benar tanpa ekspresi.
“hei kau mau kemana?” kata tanyanya dengan suara berat. Aku agak kaget karena perubahan vibrasi suara itu, tapi tak kuhiraukan. Carmen berusaha mengkapku, tapi aku mengelak.
“Biar kususul dia !!”
“tidak kau disini saja” suara berat itu terdengar lagi
Kini hujan turun makin deras. Tanah menjadi lembek dan basah. Dari dalam hutan terdengar suara seseorang tengah berlari tergesa gesa menuju rumah ini. Tak lama, muncul sosok ringkih tua berjanggut putih mirip sinterklas sambil menggendong wanita dengan luka disekujur tubuhnya. Itu paman Sanchez dan…tunggu wanita tersebut adalah Carmen. mustahil ! Bagaimana mungkin ada dua Carmen ?
“nak, cepat kemari, dia bukan istriku”
“Apa?”
“dia jelmaan antonio bushto”
katanya sambil mengacungkan senjata
Perempuan yang menyerupai Carmen itu tertawa terkekeh kekeh. Sepasang taring tajam kini menyeringai dari mulutnya. tubuhnya mengejang hebat, dan wush !!! sekelebat asap yang diikuti kilatan cahaya terang menyembul seperti efek kamera dalam film Harry Potter. kini seekor srigala raksasa berdiri mengangkang dihadapanku.
”cepat lari!!!” kata paman sanchez. aku berusaha untuk terbang kearahnya. serigala itu mengejar. ia bergerak lebih cepat. Selang beberapa meter, sebuah bayangan hitam mengambang ditanah, pemiliknya sedang melompat diudara hendak menerkamku. tapi,...Dorr..dorr.dooorr...paman sanchez menembakkan senapannya. ia jatuh tersungkur.
aku tahu kau akan datang kerumah!!”
”kenapa kau bawa donna juanita”?
tanyaku
”aku menemukannya dijalan sudah terluka parah”
dalam keadaan limbung, srigala itu bangkit lalu melolong. paman Sanchez mengisi ulang senapannya tapi terlambat, ia kalah gesit. Antonio dengan cepat memulihkan diri, sebuah serangan sudah cukup membuat paman Sanchez terjungkal.
” selamatkan istriku”, katanya sambil meronta. cabikan cabikan taring tajam merobek daging yang lunak. Darah segarpun muncrat memerahkan genangan air ditanah.
aku terbang kearah Carmen. Ia masih lemas. luka luka dipunggung dan pundak membuatnya tak berdaya
”Ikuti aku!!”
kami berdua berlari menuju semak belukar dipintu hutan. terus berlari pontang panting menerobos duri dan alang alang walaupun kami tak tahu sedang menuju kemana.
Sambil berlari Carmen menangis tersedu sedu. orang yang paling dicintainya kini telah tiada. Dari kejauhan kembali lolongan seram terdengar memecah kebisuan hutan. kami enar benar ketakutan saat itu
sampai kini Antonio busto tetap menguasai seluruh penjuru hutan. tak ada yang berani menentangnya. sikap penghuni rimba berbeda beda dalam hal ini. Ada yang pasrah terus ditindas karena memang mereka tak punya daya untuk melawan, ada yang melarikan diri dengan mencari hutan lain yang lebih aman, ada juga yang menjadi penjilat dan pencari muka, mencoba untuk berkompromi dengan kekuasaan walau membohongi hati nurani. dan terakhir, tentu saja ada yang melawan, dengan segala keterbatasanan.
kami berdua, masuk dalam kelompok terakhir ini. Bersama hewan hewan dan hantu hantu lain, kami sepakat untuk mengasingkan diri kehutan paling dalam, dimana tak satu mahlukpun pernah menginjakan kaki disana. Kami semua mengimpun kekuaatan ekonomi dan militer agar kelak bisa menyerang balik dan mengalahkan Antono bushto.
semoga.


19 Juni 2008

Komentar

Postingan Populer