REFLEKSI KEPEMIMPINAN AHMADINEJAD MENJELANG PILPRES 2009

Ketika calon pemimpin bangsa ini sibuk jumpalitan dengan akrobat politik mereka masing masing, dan sirkus egalitarian ala capres cawapres ramai ramai dipentaskan kehadapan rakyat padahal pemilu presiden belum lagi dimulai, kita disuguhi tontonan amat menggelikan hingga tertawa terpingkal pingkal karenanya. Bagaimana tidak, ada cawapres yang mendadak sering kunjungan kepasar pasar, bersahabat dengan petani dan doyan nasi akik padahal sebelumnya tidak pernah menyantap makanan rakyat miskin itu. Ada capres yang dipuji koleganya sebagai negarawan walau sebenarnya ia sangat jauh dari standar seorang negarawan. Ada juga capres yang mengklaim keberhasilan pemerintahannya padahal busung lapar, pengangguran, serta penggusuran masih ada dimana mana. Sementara capres lain berkoar dipanggung orasi mengkritik pemerintan incumbent hingga membuat rakyat bertanya, “ apa kerja anda untuk kami ketika dulu berkuasa?”. Kita hanya bisa mengelus dada dan mencoba untuk mengerti kalau semua itu mereka lakukan, tak lebih dari kepura puraaan akut untuk meraih simpati rakyat menjelang pemilihan umum. Sementara para kandidat sibuk tebar pesona, ternyata diam diam kita juga tertawa karena tahu kalau dibelahan dunia lain terdapat seorang pemimpin luar biasa, yang membuat kita berangan angan seandainnya ia menjadi pemimpin Indonesia. Adalah Mahmoud Ahmadinejad presiden Republik Islam Iran, yang pada awalnya tidak dikenal siapapun kemudian menjadi ikon bagi negri negri tertindas untuk tetap mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsanya. Ahmadinejad dikenal dunia bukan karena kepura puraanya tapi kerja nyatannya. Sebagai presiden, Ia dan keluarga tinggal disebuah apartemen sederhana dikawasan kelas menengah bawah di Nurmagi Tenggara Teheran. Apartemen yang sudah ia tempati sejak menjadi walikota Teheran itu memiliki beberapa kamar dan halaman parkir untuk dua mobil saja. Setelah membuat rakyat kagum karena menolak rumah dinas kepresidenan, jangan bayangkan kantor Ahmadinejad seperti istana merdeka di Jakarta. Ruang kerja anak pandai besi ini, hanya sebentuk bangunan kecil diwilayah padat penduduk di Teheran. Bangunan itu jauh lebih kecil dari kantor kantor pemerintahan Indonesia bahkan balai kota DKI jakarta sekalipun. Slogan Ahmadinejad sebagai pemimpin amat sederhana, “agar keuntungan minyak Iran dapat sampai kemeja makan rakyat”. Hal itu dibuktikan dengan menggelontorkan dana sebesar 12 triliun rial (sekitar 1,3 millyar dolat AS) untuk membantu anak anak muda mendapat pekerjaan, mendanai penyelenggaraan pernikahan sekaligus membelikan mereka rumah. Walau kerap tampil low profile dengan selalu mengenakan kemeja tanpa dasi, potongan jas sangat biasa, celana panjang lusuh plus sepatu butut, Ahmadinejad dikenal teguh mempertahankan harga diri dan kehormatan bangsanya. Misalnya berkaitan dengan krisis nuklir Iran, ia berkata, “jika nuklir itu sebuah kejahatan, mengapa barat sepanjang tahun memperoduksinya ? namun jika nuklir itu sebuah kebaikan, mengapa pula kami dilarang untuk memilikinya ?”. Dilain kesempatan, dalam mengomentari kebijakan luar negri AS ia berkata, “tabiat barat dari dulu hingga sekarang ingin menguasai dunia dan menjadikan banyak negara sebagai jajahannya. Ini harus dilawan !”. Karena sikap progresif Ahmadinejad, membuat Iran dimasukan kedalam kelompok negara yang terkategori sebagai poros setan oleh amerika serikat. Kelompok negara yang dianggap dapat menjadi ancaman bagi amerika dalam menghegemoni dunia. Namun dukungan pun tak kalah mengalir, rakyat dari negara negara Asia dan Amerika Latin ( kebanyakan negara ketiga) menyatakan kekaguman mereka pada sang presiden. baik pada ketiga pasangan capres cawapres dan Ahmadinejad kita semua tertawa namun dengan makna berbeda tentu saja. Tawa kita pada para pasangan capres cawapres adalah tawa sinis karena jangan jangan untuk lima tahun kedepan rakyat hanya akan merasakan kesukaran hidup tak berkesudahan. Janji janji manis akan melambung seperti balon gas, terbang jauh kelangit dan kenyataanya rakyat tak bisa merasakan bukti dari janji janji itu. Kita tertawa sinis karena tahu betapa naif tabiat calon calon pemimpin kita. Tiap lima tahun siklusnya selalu sama, tebar pesona, kampanye, pemilihan umum, setelah itu salah satu dari mereka akan berkuasa dan bertindak seperti mandor, kerjanya memerintah dan mengatur saja, sementara rakyat yang telah dilambungkan angannya adalah kuli kuli terlupakan ketika pemilihan usai. Baik capres cawapres yang sering kujunggan kepasar pasar, yang mendadak doyan nasi akik, yang sok jadi negarawan atau sok mengkritik, kelak akan tinggal dalam istana mewah dengan segala fasilitasnya. Dalam keadaan seperti itu, mereka tak pernah merasakan miskin dalam arti sebenarnya. Sementara tawa kita pada Ahmadinejad adalah tawa kagum, betapa kita rindu sosok presiden seperti ini untuk memimpin Indonesia. Seseorang dengan jiwa besar yang menggengam kekuasaan ditangannya bukan dihatinya, sehingga kebijakan kebijakannya pun cenderung populis dan menguntungkan rakyat banyak. Apabila para capres cawapres suka berpura pura miskin untuk meraih simpati rakyat maka Ahmadinejad adalah representasi dari kemiskinan itu sendiri. Walau pesimis, kita berharap capres cawapres terpilih dapat meneladani figur Mahmoud Ahmadinejad. Rakyat tidak butuh Presidan dan wakil presiden bertampang gagah, kaya raya atau kerap bertingkah sok egaliter. Rakyat hari ini merindukan pemimpin yang rela mengorbakan jiwa dan raga mereka untuk kesejahteraan nasional dan berdiri tegak dihadapan bangsa bangsa didunia sebagai pemimpin Indonesia yang bermartabat.

Komentar

Aulia mengatakan…
kapan ya pemimpin qta bukan pemimpi...semoga kelak ada dan semoga secepat.a...kami rindu pemimpin yang memegang amanah dan mengenal rakyat
Upenyu mengatakan…
Dimana-mana sahaja, sikap pemimpin yang turun kepada rakyat sewaktu pemilu kian hampir bukan perkara baru.
"
Rakyat hari ini merindukan pemimpin yang rela mengorbakan jiwa dan raga mereka untuk kesejahteraan nasional dan berdiri tegak dihadapan bangsa bangsa didunia " sememangnya benar kenyataan ini.
Suguh mengatakan…
MELIHAT pengalaman dimana rakyat selalu dikecewakan...apa yang terjadi lima tahun kedepan saya pikir tidak jauh beda dari yang sudah sudah, mengecewakan. kecuali ada pemimpin sekaliber ahmadinejad, fidel castro, evomorales atau hugochaves yang melakukan revolusi bukan reformasi di negara mereka masing masing
ammadis mengatakan…
Begitulah nasib negeri kita ini....

Kapan juga para petinggi insyaf yaaa...?!

Dukung aku dgn komentar kalian di blog ku yaa...TRIMS banget bro!
Suguh mengatakan…
thanks dukungannya..semoga bermanfaat..salam kenal sanur
Anonim mengatakan…
mungkin sekaliber Hidayat Nur Wahid bisa dijadikan calon pemimpin masa depan Indonesia..tapi kapan itu tergantung dari masyarakat..karena Hidayat Nur Wahid tak hanya dikenal oleh kawan tapi oleh lawan..mereka mengakui itu..

Postingan Populer