HEE AH LEE MENGGENGAM DUNIA DENGAN EMPAT JARI


Profesi pianis barangkali tidak akan mendapat apresiasi luas dan menyeluruh dari masyarakat apabila yang melakoninya adalah pianis kebanyakan dengan kondisi fisik normal. Namun ketika sang pianis adalah seseorang yang hanya memiliki empat jari tangan dan kaki sebatas lutut seperti Hee Ah Lee, maka hal itu bukan hanya mendapat apresiasi tapi juga mengisnpirasi. Gadis muda asal Korea Selatan kelahiran 9 Juli 1985 ini, sejak awal kemunculannya dipentas hiburan, telah mengguncang dunia karena dengan kondisi fisik yang serba terbatas ternyata ia begitu piawai bermain piano.
Sejak lahir Hee Ah Lee mengidap Lobster Claw Syndrome, suatu kelainan fisik dimana jari tangan atau kaki memiliki bentuk seperti capit kepiting, lobster atau udang galah. Dalam bahasa medis kelainan ini disebut sebagai ectrodactyly. Tangan kiri dan kanan Hee Ah masing masing hanya memiliki dua jari. Woo Kap Sun, ibunda Hee Ah sangat bersedih begitu mengetahui kondisi fisik putrinya pasca persalinan. Ia sadar dengan kondisi seperti itu, kelak akan membuat putrinya sulit bersaing dimasyarakat. Namun bukan berarti ia harus mengabaikan dan tidak mengyayangi Hee Ah. Woo kap sun berkata, “saya melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik. Wajahnya seperti rembulan. Jari tangannya yang hanya empat serupa kucup bunga tulip”. Sejak saat itu ia merawat Hee ah dengan telaten.

Karir Hee Ah Lee sebagai pianis ditemukan secara tidak sengaja. Ketika sang ibu melatih tangan putrinya yang belum berfungsi secara normal dengan melakukan terapi bermain piano pada usia tujuh tahun, ia menemukan minat, bakat dan kesenangan pada diri Hee Ah. Mulai saat itu Woo kap sun bertekad untuk membimbing Hee Ah berlatih piano secara serius, karena pada piano ia melihat harapan dan masa depan. Meski mendapat banyak halangan seperti dianggap mustahil bisa bermain piano oleh guru lesnnya atau sering diejek kawan kawannya sebagai monster laut, tidak menghalangi Hee ah untuk terus berkarya. Ia menjawab hinaan hinaan itu bukan dengan sikap minder yang berlebihan tapi keriangan dan optimisme. Dengan dukungan sang ibu, Hee Ah berlatih keras tiap hari, pernah ia bermain piano hingga tiga belas jam dalam sehari, jari jari tangannya sempat melepuh, lecet dan memar. Rasa frustasi pun pernah menghinggapinya. Pada suatu ketika ia merasa jemu, marah, bosan pada dirinya, ibunya, lingkungannya karena harus berlatih demikian keras. Rasa fustasi itu bertambah ketika sang ibu divonis mengidap kanker payudara dan Sang ayah yang telah menderita lumpuh bertahun tahun akhirnya wafat. Namun setelah itu, seperti dikatakan Sir Oliver Lodge, “no sacrifice watesed”, Tidak ada pengorbanan yang sia sia. Nasib baik berpihak pada Hee Ah Lee. Karena kerja kerasnya, ia menjadi sangat piawai bermain piano. Ketika pianis pianis normal masih terbata membaca susunan not balok, dalam usia belia ia sudah lihai memainkan fantasie impromptunya Chopin yang terkenal rumit itu. Ketika ia manggung, hadirin tidak sekedar menonton pertunjukan musik, tapi juga mendapat pencerahan hidup soal keiklasan menerima kenyataan, ketekunan dan dukungan keluarga, ternyata sangat berpengaruh bagi seseorang untuk mewujudkan harapan harapan besarnya walau ia dalam kondisi fisik tidak sempurna. Hee ah Lee, gadis yang dikenal sangat periang itu, telah menglilingi Korea selatan, Jepang, Cina, Amerika, Brazil, Indonesia dan negara negara lain dengan bermain piano.

Sosok Hee Ah Lee seharusnya sudah cukup untuk membuat kita merasa malu karena dengan segala kekurangan fisik ia mampu menggapai mimpi mimpinya. sementara kita lebih sering kalah oleh musuh kita sendiri, kemalasan. Kita sering kalah pada hal hal yang seharusnya tidak boleh kalah seperti bersantai, menyaksikan tayangan tayangan sampah selama berjam jam di televisi, mondar mandir kebanyak tempat tanpa tujuan jelas dengan melupakan visi hidup, jadi apa dan akan menjadi siapa kita ? Manusia dengan kondisi fisik mormal seharusnya mampu melakukan lompatan prestasi jauh melebihi Hee Ah. Namun kadang kondisi fisik yang sempurna tidak membuat manusia siaga menghadapi tantangan hidup tapi malah membuatnnya lalai. Kadang saya berfikir, apakah untuk dapat menggengam dunia, kita harus memilik dulu empat jari berbetuk capit lobster dan kaki sebatas lutut seperti Hee Ah Lee ?



sumber foto : http://bolstablog.wordpress.com/2009/04/01/hee-ah-lee/

Komentar

Postingan Populer