ELIMINASI : SOLUSI DAMAI PALESTINA-ISRAEL ?

Diterbitkan juga dibuletin Mahasiswa Suara Kawan

Oleh Suguh Kurniawan

Bila diibaratkan dengan gurita, maka tentakel tentakel imperialisme Israel begitu rakus menghisapi martabat rakyat Palestina. Sejak berdiri sebagai negara illegal diatas tanah Palestina pada 15 Mei 1948, cara cara fasistik dan barbar dilakukan oleh penjajah untuk memperluas teritorinya. Sementara pribumi (meminjam retorika satir lawas), menjadi ‘inlander’ yang termarjinalkan dinegri mereka sendiri.

Penjajah Terjajah
Inlandernisasi (pencacing tanahan) Israel terhadap rakyat Palestina melalui masa yang panjang. Pada 1914 hanya terdapat 85000 imigran yahudi di negri para nabi itu. Kemudian jumlahnya melonjak menjadi 589.341pada 1947 hingga mengancam eksistensi pribumi. Tak menunggu lama, hal tersebut menjadi kenyataan Karena Pasca deklarasi kemerdekaan 1948, pendatang yahudi dari seluruh dunia bermigrasi lebih massif.

Dibantu sokongan militer, mereka merampas, mengusir, menghancurkan bahkan membunuh warga pribumi untuk dikuasai tanahnya. Pembantaian Salha pada 1948 yang menewaskan 105 orang, pembantaian Shatila-Shabra pada 1982 yang menewaskan 3000 orang atau pembantaian Gaza pada 2009 yang menewaskan 1434 orang merupakan contoh kecil dari sederet pelanggaran kemanusiaan Israel. Penjajah yang semula mendiami 0,5 % tanah Palestina kini berhasil merebut 75 %-nya. Sampai sekarang secara besar besaran imigran yahudi ilegal terus dikirim kesana untuk ‘diputuhkan’ menjadi warga Israel. Terispirasi doktrin talmut yang menyatakan, "Semua anak keturunan orang kafir (non yahudi) tergolong sama dengan binatang" (Yebamoth 98a), membuat Israel menganggap pelanggaran kemanusiaan sebagai kelaziman umum guna melampiaskan ‘libido’ penjajahannya pada bangsa Palestina.

Solusi : Eliminasi Dan Pramuka
Israel layak mendapat ‘raport merah’ atas kebiadaban mereka. Namun faktanya tak demikian. PBB tidak pernah memberi sanksi tegas seperti embargo atau pengucilan. Sedangkan rekonsiliasi damai melulu merugikan pihak Palestina. Sebagai contoh perjanjian Oslo membuat palestina hanya mendapat 22% dari tanah air yang kering air dan sumber air, sementara israel mendapat bagian lebih besar. selain itu daerah yang didiami rakyat palestina dipisah pisah oleh pos penjagaan militer hingga membuat warga tidak leluasa bergerak. Dilain waktu Konfrensi Anapolis hanya menghadiahkan ‘cek kosong’ karena pengagasnya adalah Amerika yang selalu ambigu dan berpihak soal timur tengah.

Bila menghendaki perdamaian abadi, Eliminasi (dengan kata lain: penghapusan) Israel sebagai negara secara permanen dari peta dunia menjadi satu satunya solusi paling rasional. Merunut sejarah, sebelum 1948 tidak pernah ada negara bernama israel. Mereka adalah entitas diaspora, komunitas yang tersebar diseluruh dunia tanpa pernah memiliki tanah air. Klaim Israel atas tanah rakyat Palestina menjadi prematur karena sebelum mereka mendiami tempat tersebut, secara turun temurun lebih dulu terdapat etnis Arab tinggal disana. Pendirian negara diatas tanah orang lain adalah kepanjangan dari imperialisme gaya modern, dimana Israel membuat suatu aturan ketatanegaraan, warga negara, hukum dan aturan yang sama sekali baru.

Melihat unsur kepatutan sudah selaiknya pula para pendatang dikembalikan ketempat mereka semula. Imigran ilegal dari Eropa kembali ke Eropa serta imigran ilegal dari Amerika kembali ke Amerika. Tanah jajahan harus diserahkan pada pemilik sahnya dan pengungsi perang dapat pulang kenegri mereka dengan damai. Alibi yang mnegatakan bila alasan yahudi mendirikan negara diatas tanah rakyat Palestina untuk menghindari kekejian NAZI, hal tersebut mentah dengan sendirinya. Karena logikanya kenapa pula yahudi tidak menuntut konpensasi pada Jerman dengan dengan menuntut sepetak tanah kosong di Jerman untuk dihuni dan dijadikan sebuah negara yang indepanden.

Guna mendukung hal diatas, dewan keamanan PBB dituntut bersikap tegas. Sterilisasi Palestina dari unsur unsur israel harus dikawal dengan seksama tanpa pertumpahan darah. Lembaga HAM internasional dan LSM yang peduli pada masalah kemanusiaan juga dituntut untuk memantau hal ini hingga rampung. Kalaupun dewan kemananan PBB pada akhirnya sama sekali tak tergerak untuk menghentikan penjajahan dan lebih memilih bungkam, lebih baik mereka semua diganti saja dengan ‘pramuka’ yang jauh lebih peka dan isyaf nilai nilai kemanusiaan.

Komentar

selimut mengatakan…
setau saya org Yahudi sudah hidup beribu2 tahun di tanah itu sblm ISrael berdiri, berdampingan bersama etnis Arab, jadi solusinya bukan penghapusan, tapi dua negara yang saling mengakui eksistensinya masing2. Lagipula siapa yg bisa mengklaim dia penduduk asli Palestina/Israel, memangnya dulu ada Palestina/negara Israel?

Postingan Populer