SEKARANG, BUAT APA SAYA NULIS TA?

Apa yang dapat saya tulis, saat kepala sedang pusing seperti ini. Apa yang dapat saya gagas kalau pikiran saya mumet dan melang layang semaunya. Padahal banyak sekali yang mau saya tuliskan atau paling tidak saya sampaikan pada kawan kawan dekat saya. Gagasan dan ide rasanya mendadak mandek. Saya stak pada satu titik dimana tak berdaya untuk berbuat apa apa.

Bisa jadi pikiran saya lagi terbagi dua. Antara mulai menulis tugas akhir sama aktifitas menulis yang sifatnya personal. Selain itu, pekerjaan saya yang sekarang juga menyita perhatian saya. Akhir tahuan adalah masa dimana orang berlibur dan tempat tempat wisata menjadi lebih ramai dari biasanya. Tak terkecuali tempat saya bekerja ini. Kesibukan ialah suatu aktifitas yang lumrah dimana kami harus terus bergerak hampir delapan jam tanpa henti untuk memberikan pelayanan yang optimal. Jangan harap indutri jasa dapat libur akhir tahun, inilah masa dimana kami sedang dibatai habis habisan oleh rutinitas dan kesibukan yang membuat perut mual mual dan hidung mimisan.

Ya kawan, saking sibuknya bekerja, saya sampai mimisan. Titba tiba saja darah keluar dari hidung saya. Awalnya saya anggap itu Cuma gejala pilek, tapi begitu cairan itu masuk melalui rongga hidung lalu jatuh ke kerongkongan, dan saya meludahkannya. Ttu ternyata darah. Pernah juga karena telat makan mag saya kambuh. Rasanya campur aduk. Saya ngga dapat menjelaskan bagaimana sakit yang saya rasakan. Hanya perut saya mual dengan rasa yang tak biasa. Bila makan justru tambah sakit, bila tak makan, apalagi, sakitnya makin jadi. Maka saya makan promag kaya makan lolipop, begitu habis saya makan lagi biar sakit diperut saya hilang. Paling ngga untuk sementara.

Diwaktu waktu sepi dan ngga terlalu sibuk saya punya waktu luang lagi buat menulis. Intensitas kesibukan kerja yang menurun, bisa diganti dengan intensitan kegiatan menulis yang ditambah. Banyak hal yang mau saya tulis sebenarnya ditaun 2011. Misalnya nulis buku motivasi. Saya rasa saya sudah dapat judul yang bagus.

Terlepas dari tugas akhir yang harus saya susun, saya pikir saya lebih tertarik buat nulis buku. Tugas akhir nyatanya kadang tak paralel dengan kopentensi dan kualitas lulusan perguruan tinggi. Tugas akhir Cuma jadi ritual formal tanpa esensi dan pengkhayatan nilai nilai sebelum seorang mahasiswa meninggalkan ritual kampus. Mahasiswa diwisuda dengan penuh prestise, lalu setelah itu menanggur. Gagasan gagasan mereka yang ditulis dalam TA terlalu dangkal untuk diaplikasikan dimasyarakat. Mereka terpental dalam persaingan bebas dan karya tulis mereka tak berguna. Hanya jadi tumpukan kertas. Untuk kemudian, tiga empat tahun kedepan dibuka oleh adik adik angkatan mereka lalu dicontek habis habisan.

Saya tak terlalu bergairah menulis TA meski mau tak mau harus saya lakukan juga. Mungkin nanti pertenghan februari baru saya mulai. Sekarang bayar biaya kualiah saja dulu. Hari selasa habis gajian saya rencananya mau kekampus. Tenggat pembayaran sampai tanggal lima dan sekarang waktunya makin mepet. Sejujurnya saya kehilangan antusiasme soal kuliah kuliahan. Saya kehabisan energi untuk berpikir soal pendidikan tinggi untuk sementara. Pendidikan tinggi nyatanya sudah membuat saya kecewa. Apalah artinya nilai nilai tinggi itu bila didapat dari hasil mencuri. Bajingan bajingan tengik tukang nyontek, mendapat IPK tinggi dan lulus dengan predikat memuaskan.

Menulis, termasuk menulis buku, jadi semacam alternatif lain. Bila memang kita mau bersaing, maka bersainglah secara bebas dengan cara cara fair. Berkompetisi dikampus (terlebih menggunakan cara cara haram) hanya akan membuat mahasiswa menjadi jago kandang. Kalau mau jadi pemenang sesungguhnya, maka bersainglah diluar. Karenanya kita tak merasa besar padahal serupa katak dalam tempurung. Karenanya kita bisa mendapat kompetitor sesungguhnya yang jauh lebih unggul.

Terbitkanlah karya ilmiah semacam buku, hingga kita benar benar pantas disebut sebagai intelektual. Beropinilah dikoran dan majalah hingga gagasan kita diketahuan banyak orang. Terbitkanlah buletin, lalu didalamnnya kita serukan kebenaran . Kalau kita ogah melakukan aktiftas aktifitas intelektual itu dan lebih memilih untuk jadi jagoan kandang, lalu betah berdiam dilingkungan yang naif, maka saya ucapkan selamat jalan pecundang. Orang sudah menggapai gapai bulan. Apa kita masih mau merasa jadi raja padahal hidup dalam tempurung?

Komentar

Yesi Moci mengatakan…
Tulisannya benar-benar jujur.
Saluuuuuuuuuuuut.

Keep writing!
Keep bloging!

Salam semangat!

Postingan Populer