GRACE DAN MANUSIA MANUSIA TOPENG

Dalam beberapa hari terakhir saya ngeliat wajah Grace selalu murung. Saya ingin nanya apa yang terjadi sama dia, tapi saya ngga enak hati. Saya ngerasa segan aja kalau nanya masalah pribadi seseorang, meski ia adalah sosok yang saya kenal amat dekat. Mungkin dia kecewa gara gara gagal pake behel. Sebulan lalu Grace janji mau pake kawat pengindah gigi itu pada saya. (ssssst diam diam saya jd suka cwe yg pake behel, lucu soalnya^^ jangan bilang bilang ya, Ini rahasia) Atau mungkin juga karena potongan rambut geum jandi-nya udah berubah, sekarang rambutnya mulai tumbuh menyentuh pinggang. Bagi Grace, Kehilangan hair style sama artinya dengan kehilangan Obsesi. Bikin kepala senewen tujuh keliling. Jauh didalam hati dia ngebet ingin ke salon tapi ngga punya duit. (How Poor you are, babe T_T)

Entahlah. Pokoknya Saya nggak tahu persis apa alasannnya dia berubah. Sampai suatu sore, waktu hari belum terlalu gelap dan mahasiswi mahasiswi ganjen masih ngerumpi di kopma, sementara mahasiswa mahasiswa jomlo masih ‘berburu’ di main Hall, Grace mendatangi saya. saat itu saya sedang duduk nyender disalah satu dinding diluar perpustakaan.
“bete” katanya
“kenapa” belum apa apa dia sudah ill feel, “pasti lagi bad mood” pikir saya dalam hati.

Grace duduk disamping saya. Saya tahu ia baru sembahyang, karena bau dupa tercium dari tubuhnya.
“ kenapa orang orang suka pake topeng?”
“maksudnya?” tanya saya kebingungan.

Perempuan tiong hoa ‘kawan’ dekat saya ini menarik nafas panjang. Setelah itu ia diam sejenak dan mulai ngomong panjang lebar,
“kamu tahu apa yang akan terjadi guh” katanya dengan nada datar. Seandainnya dulu tuhan mencipkan manusia tanpa wajah. Hanya kepala badan, tangan dan kaki saja.
“kamu tahu?”

Saya menggelengkan kepala. Dahi saya mulai pening karena pertanyaanya. Grace bilang, kita akan dengan mudah mengenali siapa penipu dan siapa yang jujur. Kepala tanpa raut muka tidak bisa berbohong kata Grace. Ia bisa menjadi cermin yang merefleksikan suasana hati. Bila hati sedang bahagia maka permukaan kepala bagian depan akan tampak cerah, bila hati sedang berduka maka warnya akan meredup.

Tapi tuhan yang maha pemurah, kata Garce lagi, mengkaruniakan wajah wajah rupawan pada manusia ciptaanya. Maka tampaklah seperti apa yang kita tahu sekarang. Setiap orang punya lekuk dan kelok, guratan dan garisan, raut dan gurat mereka masing masing. Tuhan menghendaki dengannya manusia menjadi mahluk paling sempurna diantara mahluk mahluk lain. Mereka dapat hidup berdampingan dengan saling mengenal. Setelah itu yang tercipta adalah sinergi, saling membantu, menolong dan mengayomi. Hukum semesta mengehendaki semua mahluk berputar seperti kosmos, bergerak padu dan tak saling berbenturan.
Lalu dengan berat Grace bilang, “sayang guh”
Saya ngedadak terkejut (penyakit ge’er saya tiba tiba kambuh), “haaah Grace? kamu manggil aku sayang, makasih akhirnya kamu nyadar juga?”
“bukan itu maksudnya suguh imut….”
“apa dong? heheehhe”
“Maksudnya aku kecewa” jawabnya.

Karena dengan dikarunia wajah yang rupawan, sebagian manusia memanfaatkannya untuk melakukan keculasan keculasan. Ia menyembunyikan kebusukan hati dibalik tampan atau cantik wajahnya. Konotasi seorang bajingan adalah sosok dengan tampang sangar dan menyeramkan mulai bergeser saat ini. Bajingan tengik sejati justru mereka yang suka berpura pura manis, Sok ramah, sopan, pengertian, penuh rasa hormat tapi tak demikian kenyataanya. Mereka yang penjilat, tukang cari muka, pengkhianat, munafik juga suka memasang tampang suci. Mereka ada dimana mana. Meraja tapi tak kentara.

Dan parahnya, kata Grace, banyak orang tertipu. Karena wajah itu tampak tanpa dosa, hingga orang orangpun melimpahkan kepercayaan yang luar biasa besar. Mereka yakin amatnya akan dijaga oleh ‘rupawan rupawan’ ini. Tapi sayang, “udah aku bilang guh”, kata Grace mengintrupsi, “mereka itu memang bajingan tengik ”. Bagi mereka ga ada amanat amananatan. Lantaran yang ada ialah memanfaatkan kesempatan untuk menguntungkan dan memperkaya diri sendiri. habis perkara.

“apa bukti realnya” telisik saya.
Kamu liat, ada mahasiswa yang keliatan sopan banget didepan dosen dosennya tapi sebenarnya ia tukang nyontek, Penguntil, pencuri dan koruptor. Ada juga mahasiswi yang pura pura miskin padahal punya segalanya, agar mendapat beasiswa pendidikan gratis. Ditataran yang lebih luas, korupsi sistematis dinegri ini yang dilakukan secara berjamaah disebabkan oleh mereka yang pandai sekali berkelit karena bersembunyi dibalik topeng keluguan.

Grace bilang, “bajingan bajingan tengik ini lebih berbahaya dari pada kanker” kanker meski berpotensi menyebabkan seseorang meninggal, bisa dideteksi dan didiagnosa. Tapi orang orang yang selalu muncul dengan tampang sok suci, sangat sulit diprediksi. Bisa saja ia bertampang manis didepan kita, tapi kalau sudah dibelakang ia punya niat untuk menikam punggung kita dengan belati. Atau mengadu domba dengan sesama kita. yang membuat makin parah kemudian, ibarat virus, karakter munafik seperti ini menular. Orang yang semula tak bermental demikian dapat terinfeksi karena bersinggungan dengannya. Lebih lebih mereka yang kondisi kejiwaanya masih labil. Orang yang tak senang menyontek, akan ikut menjadi tukang nyontek karena merasa dicontohi oleh sosok yang ia percaya bersih selama ini. Orang yang jujur akan menjadi culas karena pribadi panutannya melakukan keculasan pula. Orang yang tidak korupsi, akan terbawa korupsi karena sikap teman sejawat atau teman dekat yang semula dipercaya punya integritas kuat ternyata melakukan hal itu.

Grace membuang muka. “kenapa orang orang suka pake topeng sok suci kaya gini ya guh?”. Saya bergeming tidak tahu harus menjawab pertanyaan itu dengan kata kata apa.
“seandainnya dulu tuhan ngga menciptakan wajah dikepala kita” grace bertanya lagi.
Ia memandang saya. saya memandang dia. (Grace keliatan cantik banget-pendapat subjektif saya). “apa solusi masalah ini?” telisik saya padanya.

Grace bilang. Kalau saya sudah mengenal sosok yang munafik, kedepan jangan pernah dekat dekat dengannya. Lebih baik cari aman. Jangan menjalin relasi bisnis atau hubungan kerja. Rekam jejaknya yang suram patut dipertimbangkan.
“wah grace kamu galak amat? Emang ngga bisa dimaapin ya?”

Grace bilang, tentu saja bisa. Tapi yang namanya watak sulit sekali untuk dirubah. Bila seseorang memiliki akar munafik, kemanapun akan menjadi munafik dan itu sangat berbahaya. Lebih baik kita jangan dekat dekat dengannya.

Kita kemudian harus membangun integritas, Persetan semua kawan kita suka memasang tampang bersih dihadapan orang yang lebih berpengaruh secara administratif dan skrtuktur organisatoris. Kita harus selalu tampil apa adanya. Mungkin kita akan dianggap aneh karena tak ikut bersekongkol dalam keculasan mereka. bagi kita lebih baik dianggap aneh daripada menjadi bagian dari kemunafikan. Kita harus berani diasingkan dan disingkirkan kalau memang memiliki keyakinan untuk berada pada rel yang benar. ini pekerjaan berat. Tak banyak orang mau melakukannya. Tapi sekali kita berani melakukannya maka disanalah tergambar siapa diri kita sebenarnya.

Grace bilang, Kita tentu bukan malaikat yang selalu benar, tapi juga bukan iblis yang selalu salah. Sikap kita pastinya akan mendapat kritikan juga dari bajingan bajingan itu. Bisa jadi justru kita yang dituduh sok suci. Tiap kesalahan akan dicari cari dan diungkapkan didepan umum. Bukankah orang munafik pandai membuat konspirasi dan fitnah? Sedang bagi mereka keculasan bukan lagi dosa karena sudah terlalu sering dilakukan. Tapi itu pun tak jadi soal. karena kita tak mau berkompromi dengan keculasan. Kita lebih suka menampakan wajah kita yang sebenarnya. Wajah dimana isi hati terefleksi olehnya. kalau memang ada sesuatu yang salah atau janggal, dari pada kita berpura pura menutupi lebih baik mengungkapkannya. Kata grace inilah wajah yang tak berdusta, ketika wajah wajah lain berdusta. Wajah apa adanya yang selalu ingin telanjang atas segala hal. Hingga karenanya kita tak membebek, menjadi penjilat, tukang cari muka, munafik, sok bersih dan bermuka manis.

Setelah menyelesaikan ceritanya, Grace bangkit dan mengajak saya pulang. Kami melewati lorong lorong kelas yang mulai gelap. Sebelum berpisah suatu belokan dekat masjid kampus, dan pulang ke kediaman masing masing, sekilas saya melihat wajahnya yang masih terlihat murung. saya hanya bisa menerka, bisa jadi ia kecewa karena orang orang yang dia percaya selama ini ternyata semua memakai topeng. Bisa jadi dia juga kecewa pada saya karena melihat topeng itu menempel di wajah saya.

ya Grace, bisa jadi saya bukan santo atau rabbi yang suci, tapi setidaknya saya ingin memeperbaiki diri. Tentu semua manusia pernah berbuat salah. Tapi hal itu tak berarti memberi legitimasi untuk melakukan kesalahan kesalahan selanjutnya. Karena itulah ada pertaubatan dalam agama, dan karena itu pula tuhan menciptakan surga dan neraka. Mereka yang masuk surga bukanlah orang orang yang tak pernah berbuat dosa tapi mereka yang dapat menambah takaran kebaikannya ketimbang takaran keburukannya. Ini logika sederhana bukan?

Dan Gracepun berlalu meninggalkan saya. dia menjauh dan hilang di sebuah kelokan. Saat ia lenyap dipandangan, saya masih mencium bau dupa dibadannya. Wangi sekali. Wangi yang akan saya bawa pulang kerumah dan menyimpannya dalam buku harian.

Saya kembali belepotan nulis percakapan panjang lebar dengan Grace.
Biar ga bikin repot saya lagi,
mungkin nanti dia aja yang nulis sendiri uneg unegnya.
Udah dulu ya, besok lusa disambung lagi.

Komentar

Postingan Populer