Memaknai Kontemplasi Prestatif

Memulai apa yang telah lama ditinggalkan dari awal lagi adalah tantangan. Melangkah lagi setelah lama duduk beristirahat adalah keharusan. Bukan, bukan di sini kawan statsiun pemberhentianmu yang terakhir.

Jeda adalah untuk menghela napas. Kau bukan mesin yang tanpa pikir dan rasa terus berderak dalam pabrik. Kau bukan kincir angin yang terus berputar sepanjang musim semi. Rehat adalah suatu kewajaran, umpama pergantian siang dan malam. Batrei saja perlu dichage apalagi tenaga dan pikiran manusia.

Berkontemplasi adalah rehat kita. Bukan melamun, bukan pula membuang-buang waktu dalam kemalasan di atas tempat tidur. Berkontemplasi adalah bertafakur seperti Rasululloh dengan cara mengasingkan diri di Gua Hira. Atau seperti Pramoedaya Ananta Toer yang menulis buku dalam pembungangan politik di pulau Buru. Oleh sebab itu yang didapat tak sekadar kesia-siaan. Tapi juga hikmah.

karenanya tenaga kembali prima. Pikiran kembali jernih. Semangat kembali menggelora. Rasul memperoleh risalah kenabian setelahnya. Pram merampungkan novel Bumi manusia.
Bekontemplasi adalah untuk mengevaluasi apa yang kurang, merumuskan apa yang hendak dicapai, lalu bergerak penuh antusiame.

Karena bergerak tanpa evaluasi adalah suatu kecerobohan. Bermimpi tanpa rencana adalah angan-angan. Keduanya musti dilakukan bersamaan. Segala terkonsep dan terstruktur. Tak ada yang dapat meramalkan masa depan. Tapi paling tidak dengannya kau bisa memiliki arahan.

Kalau diammu saja prestasi, apalagi bergerakmu. Berkontemplasi berarti melakukan percepatan. Mundur beberapa langkah untuk melesat pada langkah-langkah yang lebih jauh. Maka biarkan badan dan jiwamu rehat.

Tapi jangan sampai terlena. berapa banyak pendaki gunung yang urung sampai ke puncak padahal hanya beberapa depa lagi. Bepa banyak para pelari yang urung menyentuh garis finish padahal tinggal beberapa langkah lagi. Terlalu lama beristirahat juga tak sehat. Umpama minum sirup, nikmat kalau hanya segelas. Tapi kalau bergelas-gelas bisa membuat sariawan.

Rehatmu bukan zona nyamanmu. Sekali lagi jangan terlena. segara bangkit dan rebut lagi mimpi-mimpimu, kawan.

Komentar

Postingan Populer