Tapi Dia Bukan Kau

 
Ada perempuan berambut merah umpama bunga Lily
Duduk sendiri menunggu kekasihnya di Pont de Art
Temaram lampu senja terpantul ke permukaan sungai Sien
Air berkecipak dibelah laju perahu dan hembusan angin
Tapi dia bukan kau,
Karena Kau sendiri yang mencabut paksa gembok cinta kita
lalu dengan muram mencampaknnya di jalanan gelap dan buta

Ada Perempuan bermata biru umpama batu ruby
Melamun di bangku-bangku kosong Cafe Les Deux Magots
Memesan dua cangkir Chocolate Chaud untuknya dan kekasihnya yang belum datang
arwah Picasso, Camus, Sarte dan Hemingway gentayangan menggilainya
Tapi dia bukan kau,
Tegukan terakhir Chocolate Chaudmu tampak hambar di bibir
Langkahmu membelakangiku demikian rikuh waktu mengejar metro terakhir

Ada Perempuan berbibir kesumba umpama buah delima
Menderakkan sadel sepedanya di sepanjang Avenue Marc Sangnier
Dibelinya setengah harga sebuah music box tua di Porte de Vanves
Dibungkusnya hadiah itu buat kekasih dengan kenangan dan cinta
Tapi dia bukan kau,
Cinta dan kenangan kita seperti daun-daun maple, rontok pada musim dingin
Merayapi Paris dengan lengking parau hantu-hantu gunung dan aroma darah yang asin

Ada perempuan berwajah kesumba umpana purnama hari ke empat belas
Sedang membaca Dickens di depan Shakespeare And Co
Temaram malam merambat ke sela tumpukan kertas dan buku-buku
Kekasihnya tak kunjung datang hatinya menjadi pilu.
Tapi dia buka kau,
Kisah tentang kita telah tamat pada halaman terakhir
Tinta pengharapan telah kau tukar dengan cuka pahit dan getir

Wahai,
Kau yang kemarin mengancingkan pakaian musim dinginku
Kau yang kemarin merapatkan lilitan syal di leherku
Terbanglah dengan bebas seperti burung-burung starling menuju utara
Dunia masih begitu luas tuk dijelajahi,
waktu tangkup hatiku telah meluap oleh gelora anganmu.

Aku bukan apa-apa
Kau bukan siapa-siapa

Komentar

Postingan Populer