SURATKU PADA DUNIA


23-11-2008

Dear diary

aku yang masih berlindung dibalik selimut, menggigil berguncang guncang. meringkuk bertameng guling dan bantal kapas sambil sesekali mengintip keluar jendela lalu bertanya, untuk apa aku dilahirkan ? bukankah seorang filsuf pernah berkata, ”nasib terbaik anak manusia adalah tidak pernah dilahirkan, yang kedua dilahirkan lalu mati muda dan yang tersial adalah mati tua”. “mereka yang tidak pernah dilahirkan akan abadi disurga”, kata para penyair. mereka hidup tenang karena tidak punya beban pertanggung jawaban atas pahala dan dosa. aku ingin kesurga dengan mudah makanya aku tidak ingin dilahirkan seperti mereka, wahai dunia. aku ingin sesuatu yang Cuma Cuma. itu saja.

sejujurnya aku tahu kepengecutan telah mengalahkan sifat sifat beraniku. akulah si kerdil yang berpura pura menjadi goliat dalam khayalanku. bermimpi menjadi Achillies yang perwira atau Heraklius yang perkasa dalam angan anganku. kemudian setelah itu aku berharap kalau engkau wahai dunia, akan terkagum kagum padaku, karena heroisme dan perjuanganku. huh ! aku tahu alangkah naif cara berpikir seperti itu. tidak ada yang Cuma Cuma dihadapanmu bukan ? kalau aku berpikiran seperti itu, pasti kau akan balik bertanya padaku dengan sebuah logika berfikir paling filosofis, “apakah bunga matahari akan mekar sebelum di dera musim panas yang garang ? apakah biji emas akan menjadi perhiasan mewah sebelum dibentuk dan ditempa oleh nyala api pembakaran ? apakah seorang nahkoda akan disebut ulung sebelum berhasil menyelematkan seluruh awak kapal dari guncangan badai dahsyat digulitanya malam. apakah seorang tentara akan disebut pahlawan sebelum ia bertempur kegaris depan sampai titik darah penghabisan. apakah engkau menjadi berharga sebelum kau berbuat apa apa ?”

“no pain no gain”, pasti itu katamu pada ku, ya kan ? mustahil seseorang berhasil meraih kegemilangan tanpa mengalami kemalangan hidup sebelumnya. cobaan adalah kesempatan. dan karena ia kesempatan maka jadikanlah momentum untuk meraih keuntungan yang lebih besar dimasa depan. kendatipun pahit, getir, menyakitkan bahkan menghancurkan masuk saja kedalam gelombangnya. biarkan halilintar dan badai mengoyak ngoyak tubuh kita. jangan takut, karena sudah dijanjikan kalau tiap cobaan tidak akan melebihi kemampuan seorang hamba. dan jangan pula berlari ! karena berlari darinya adalah membiarkan diri terus berada dalam keadaan tidak stabil dimana sifat sifat kepengecutan akan terus bersemayam didalamnya. cobaan pada hakikatnya akan mendewasakan pribadi, mematangkan karakter, membangun jiwa kewiraan. tak ada pemimpin menjadi besar tanpa melewati tahap sulit ini.

percayalah akan ada matahari setelah hujan reda. akan ada pelangi setelah gerimis. akan ada musim panen setelah paceklik. akan ada musim semi setelah dahsyat badai salju turun kebumi, akan lahir orang orang baru dengan karakter berbeda setelah melewati masa masa penuh panca roba. mereka yang berdiri tidak dengan kesombongan tapi optimisme kalau sukses menggapai mimpi adalah haknya dan karenanya ia hadir untuk berjuang sampai titik darah penghabisan asalkan mimpi itu tercapai dan karena mimpinya ia, keluarganya, lingkungannya dan bangsanya merasa diuntungkan.

Komentar

Anonim mengatakan…
Suratku pada dunia, sangat inspiratif. Teruskan karyamu!

Postingan Populer