MAHASISWA : MENYONTEK, MTV DAN TAWURAN


artikel ini diterbitkan juga oleh harian umum Media Indonesia pada halaman komunitas.

Oleh
Dhiora Bintang Dan Suguh Kurniawan

KEKRITISAN mahasiswa berada dalam persimpangan jalan. Ketika tuntutan akademis dan aktivitas politis berbenturan, mahasiswa seolah-olah mengalineasi dirinya dari percaturan sosial. Padahal, Mao Tse Tung berujar, tuntutan akademis dan aktivitas politis adalah dua hal yang saling melengkapi, bukan malah bertentangan.

Haki kat belajar sendiri adalah journey (perjalanan) bukan race (balapan). Mereka yang memahami definisi belajar adalah race akan menghalalkan segala cara agar mendapat nilai baik. Menyontek tidak lagi menjadi aib. Padahal secara moral logikanya kalau masih jadi mahasiswa saja sudah menyontek, bagaimana nanti jika terpilih menjadi pejabat, bisa-bisa korupsi. Namun, bagi mereka yang memahami definisi journey, hal terpenting adalah mendapatkan pemahaman mendalam. Setelah lulus, ilmu dapat diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat.

Perjuangan mahasiswa sebagai agent of change pun kini mulai runtuh. Berganti stigma agent of chaos, yang tukang demo dan buat macet jalan. Generasi sekarang dicap generasi nongkrong. Gejala MTV-isnie melahirkan anak zaman yang diistilahkan cacat sosial, memikirkan diri sendiri, tidak mandiri, dan tidak punya kepekaan sosial.

Mahasiswa sebagai kalangan terdidik memiliki tanggung jawab intelektual. Diskursus mengenai gerakan moral yang melegenda menjadi warisan turun-temurun. Namun, pada era sekarang, mahasiswa harus merumuskan konsepsi tilang tentang penerapan nilai luhur. Kajian mengenai pola gerakan mahasiswa harus dititikberatkan ke mana. Apakah praksis sosial langsung yang terjun ke masyarakat? Atau kegiatan intelektual seperti diskusi, menulis, penelitian?

Tidak dapat dimungkiri paradigma mahasiswa sudah berubah. Sekarang, solidaritas sosial cukup dengan membeli tiket, gelang, kaos yang di dalamnya ada penggalangan dana amal. Pola itu tidaklah sepenuhnya keliru, tetapi tidak ada salahnya terjun langsung dalam kegiatan intelektual.

Dorongan mahasiswa untuk bertindak bukan dimaknai, bagaimanapun harus bergerak, tetapi bagaimana harus bergerak. Sulit dibantah, anggapan hanya segelintir mahasiswa yang masih mau urun rembuk dalam kegiatan intelektual.

Fragmentasi kelompok mahasiswa tidak bisa dihindari. Hanya kampus-kampus yang memiliki tradisi kuat yang dapat terus menjaga eksistensi kekritisan. Cepat atau lambat, kegiatan intelektual mahasiswa akan mati (suri). Hal itu melegitimasi pentingnya kehadiran klub diskusi.Klub-diskusi-dapat dilaksanakan meski hanya diikuti tiga atau lima orang. Pengelolaan yang bersifat informal dan nonstruktural dapat memudahkan aktivitas sehingga lebih fleksibel.

Dimulai dari diskusi kecil, lalu bisa menjadi kajian serius mengenai isu besar. Di sini mahasiswa mengasah otaknya, dan mengadu data-fakta. Esensinya, mahasiswa mengaktualisasikan dirinya dalam kegiatan intelektual. Klub studi bisa menjadi alternatif dalam menyatukan ide-ide yang tercecer. Berkutat dengan diskusi, menulis atau penelitian dapat membuat roh kekritisan mahasiswa hidup kembali.

Mahasiswa akan terbiasa mengunyah angka, data, fakta juga kajian dalam pengembaraan intelektualnya. Dengan demikian, tanggung jawab intelektual bukan saja domain organisasi struktural kampus, melainkan juga mahasiswa nonstruktural bisa ikut turut memberikan sumbangsih.

Memang pelik bila berpikir dari mana harus memulainya karena terlalu banyak masalah di negeri ini. Namun, bila logika berpikir yang digunakan adalah logika berpikir seorang pengangkut batu, jangan terlalu lama menimbang berapa banyak batu yang harus diangkut. Mulai saja pindahkan batu paling pertama sampai batu paling terakhir. Mulai dari hal paling kecil dan sederhana. Karena tidak ada pencapaian besar tanpa dimulai dengan suatu kesederhanaan.

Mahasiswa harus melakukan koreksi personal, sebenarnya untuk apa mereka kuliah dan akan ke mana setelah nanti lulus? Nasib mereka jangan sampai berakhir layaknya syair, seperti aku datang ke dalamnya seperti orang buta, aku hidup di dalamnya seperti orang bingung dan aku keluar darinya seperti orang kesal!

Komentar

NURA mengatakan…
salam sobat
wah kalau menyontek,,sama saja ngga jujur tuh,,
apalagi kalau suka tawuran,,itu sudah mengawali kehancuran masa depan.
didiet mengatakan…
setuju dengan komen nya nura
Miawruu mengatakan…
AAAAAAAAAHHHHHHHHHHHHH...... gilaaaaaaaa... no cooment lagi deh buat pernyataan di atas. SETUJU BANGET... hal spt itu sama spt yg mia pikirkan dg keadaan mahasiswa skrg. Agent of cahos,,, sungguh menyedihkan untuk setingkat kaum intelektual spt mahasiswa yg pada umumnya nyelesaiin kekerasan dalam sbuah mslh. Demo seh boleh, tapi knp pake merusak??? kmrn tuh sesama mahasiswa menghajar mahasiswa dari kampus lainnya sampe berdarah2 krn mahasiswa kampus lain ga mau lanjutin demo. lebih gilanya lagi, mereka bangga atas aksi penggebukan rekan sesama mahasiswa itu atas nama aksi kepedulian rakyat. GILAAAAA... bener2 mencoreng nama mahasiswa bgt tu org, kayak preman pasar aja. lama2 mahasiswa jadi mirip preman pasar deh kalo nyelesaiin mslh dg tindak anarkis. Mana intelektual kalian sbg kaum intelektuil wahai mahasiswa???

anyways... bener2 setuju banget ma artikel di atas. its exactly same with what I am thinking!!!!
suguh kurniawan mengatakan…
@bunda nura...betul apalah artinya kepintaran kalau tidak diiringi dengan kebvenaran

@didiet...makasih dah komen yaaa...makasih juga dah kunjungan ke blog q ^_^

@kucinf tengil..orang yang ikut aksi tuh ga semuannya ngerti apa yang mereka aksiin. kayanya kita butuh pengkajian lebih dalam bila ingin ikut aksi biar ga bengeong juga pas ditanya wartawan. smentara buat mahasisw yang suka tawuran..lebih baik masuk keranjang sampah aja yaa
desti mengatakan…
Halloooo...
waaah,,,makin rame aja nih blognya...
keep blogging sob!
Visit blogku juga yaaa...
Anonim mengatakan…
ginanjar eka putra berkata: Tapi justru karena ada permasalahan seperti ini, penulis2 perubahan seperti anda bisa terus eksis hehehe...bosan euy baca tulisan seperti ini, udah basi euy..cara2 lama yang gak pernah berhasil. soalnya ane udah 10 tahun nih d kampus tapi kagak ada perubahan, gini2 aja. Salam perubahan!
rhowlyna mengatakan…
setuju ama ginanjar..it's so bored.
Let's do something first start from our mind,what's everything. talk les do more..

Postingan Populer