Gen Z Pasca PEMILU: Mau Jadi Leader Atau Dealer?

(Artikel terpilih menjadi artikel Terbaik dalam event SohIB Berkompetis dengan tema “Dominasi Pemilu 2024, Gen Z Bisa Apa?” yang diselenggarakan oleh Sobat Hebat Indonesia Baik Pada tanggal 10 s.d. 23 Februari 2024)

Pemilu 2024 telah selesai dilaksanakan. Warga Negara Indonesia termasuk Gen Z, telah memenuhi hak politik mereka dengan cara memilih pemimpin di berbagai level kepemimpinan. Hayo siapa nih yang pada tahun ini ikut PEMILU buat pertama kali? Tentu hal ini jadi momen bersejarah ya buat kamu. Tapi abis itu, ada hal yang lebih penting dari sekedar memilih loh. Yaitu dengan munculnya sejumlah pertanyaan. Apa sampai di sini aja peran Gen Z dalam kancah politik negeri ini? Apakah kehadiran mereka sekedar buat menyumbangkan suara? Atau sebenarnya ada kontribusi lebih besar yang bisa disumbangkan sebagai generasi muda? Hmmm menarik nih. Yuk kita diskusi sama-sama.

The Happy Selected View

Hallo, nama saya Suguh Kurniawan, seorang penikmat buku dan pecinta gunung dari Bandung. Dalam tulisan ini pengen share tentang upaya apa yang bisa dilakukan oleh Gen Z untuk berkolaborasi kemudian memberi dampak dalam terciptanya iklim politik yang positif.

Yuk kita mulai dengan nyari definisi Gen Z lebih dulu. Menurut Tempo Gen Z merupakan mereka yang lahir pada rentang tahun 1995-2010. Seperti dimuat dalam kumparan  disebut Gen Z karena generasi yang satu ini adalah lanjutan dari generasi sebelumnya yaitu generasi Y atau milenial yang lahir pada rentang tahun 1980-1995. Gen Z dikenal sebagai digital native, mereka lahir saat teknologi sudah maju yang deket banget sama  internet, medsos dan teknologi.

Dikutip dari Kompas pada Pemilu 2024 ada 46.800.161 pemilih dari kalangan Gen Z atau 22,85 persen dari total pemilih yang jumlahnya 204.807.222 orang. Kalau lihat data ini, jumlah Gen Z Gede Banget dan memainkan peran penting dalam pemilu.  Saya berpendapat, Gen Z sebagai individu memiliki hak yang sama seperti warga Negara lain untuk menentukan pilihan. Mereka punya kemerdekaan buat memilih sesuai dengan hati nurani. Bukan kapasitas saya buat menghakimi pilihan orang lain. Karena sifatnya pribadi dan rahasia. Betul Gen Z juga punya kecenderungan politik, berpihak pada salah satu kubu yang disukai. Namun sebagai sebagai generasi muda yang didominasi pelajar dan mahasiswa, setelah mencoblos mustinya mereka dapat memposisikan diri menjadi social control bagi penguasa. Mereka kudu sadar soal peran intelektual. Kalau kata Aktifis Mahasiswa Soe Hok Gie, mereka adalah the happy seletected view, Sebagian kecil generasi muda Indonesia yang beruntung lantaran bisa sekolah di mana pada waktu yang sama temen-teman mereka nggak dapat kesempatan serupa. Gen Z jauh-jauh hari harus menyadari kalau yang namanya politik itu dinamis, sementara kebenaran sifatnya mutlak.  Kebijakan politik bisa berubah tergantung kepentingan para politisi, adapun kebenaran nggak bisa  dikompromikan.

Dari Literasi Sampai Komunikasi

Terus langkah nyata apa yang bisa dilakukan oleh Gen Z untuk berkontribusi dalam pembentukan iklim politik yang positif? Saya jadi ingat masa-masa kuliah di Bandung dulu.  Meski saya dan kawan-kawan bukan berasal dari jurusan jurnalistik tapi punya kegemaran yang sama  yaitu dalam hal literasi. Kami menulis hal-hal yang kami sukai baik fiksi ataupun non fiksi. Demikian pula tentang dalam menyikapi perkembangan sosial dan politik di sekitar kami. Kami

menulis mulai dalam buletin yang diproduksi secara mandiri. Mulai dari konten, desain, modal, murni dari patungan kami sebagai anggota komunitas. Waktu itu file master kami foto kopi sebannyak beberapa puluh lembar kemudian dibagi-bagikan ke mahasiswa di kampus, Lebih jauh kami dapat kesempatan juga buat menulis di rubrik khusus mahasiswa di sebuah media nasional.

Hal itu dilakukan untuk mengambil peran dalam ranah intelektual. Bahwa tak semua orang musti masuk dalam lingkaran kekuasaan. Harus ada pula yang berdiri diluar dan melakukan kontrol sosial. Terus kalau ada yang nanya emang kalau nulis kaya gitu bakal ada peduli? Tahukah kamu tentang kisah seekor burung kecil yang menyiramkan setetes air saat nabi Ibrahim dibakar api Raja Nambruz. Hewan-hewan lain menertawakannya, menyebut apa yang dilakukannya sia-sia. Namun burung kecil itu  menjawab kalau yang dilakukannya bukan soal dapat memadamkan api atau tidak. Tapi soal pada siapa dia berpihak. Jadi lakukan aja hal-hal yang yang kamu yakini sepanjang itu ada pada jalan kebenaran.

Bagi Gen Z yang akrab banget sama teknologi, aktivitas literasi kini nggak terbatas cuma di media cetak saja. Kontribusi dalam kehidupan berpolitik dapat disalurkan melalui media sosia atau ikut lomba menulis contohnya seperti yang diselenggarakan oleh Komunitas sohIB ini. Mereka juga bisa menyalurkan gagasan ke media online dimana sudah memiliki pembaca yang loyal.

Hal lain yang kami lakukan adalah membangun jejaring komunikasi. Saat itu saya dan kawan-kawan mendapat kesempatan tiap pekan sekali untuk mengisi acara debat mahasiswa di sebuah radio di Bandung. Pada acara itu hadir juga mahasiswa-mahasiswa lain dari berbagai kampus. Acara disiarkan live selama satu jam dan dilakukan pada sore hari. Di sana kami saling bertukar ide, pikiran dan gagasan tentang masalah-masalah kebangsaan, sosial dan politik. Tak jarang pula saling membatah pendapat satu sama lain.

Bagi Gen Z dengan pendekatan kekinian, ide-ide dan gagasan bisa disalurkan melalui youtube atau podcast. Mereka bisa bikin narrative content atau diskusi dengan mengundang sejumlah narasmber dalam sebuah podcast. Sekarang buat bikin konten sudah sangat mudah. Segala tutorial bisa dipelajari di youtube, alat cukup menggunakan HP dan laptop. Ga perlu nunggu sampai alat-alat lengkap, asal punya kemauan kegiatan ngonten sudah bisa berjalan.

Menulis Seperti Wartawan Bicara Seperti Orator

Guru Bangsa Cokroaminoto pernah bilang ada dua syarat buat jadi pemimpin besar yaitu memiliki kemampuan menulis seperti wartawan dan kemampuan berbicara seperti orator. Gen Z hari ini adalah calon pemimpin di masa depan. Berpartisipasi dalam pemilu adalah langkah awal dalam kegiatan berpolitik. Setelahnya diharapkan mereka dapat memberikan kontribusi lebih untuk menciptakan iklim politik yang Positif. Caranya adalah terus berkolaborasi dalam hal-hal positif pula. Bergerak di bidang literasi dan komunikasi dapat menjadi pilihan. Karena dengan kedua hal tersebut Gen Z dapat tumbuh bukan untuk jadi dealer yang kompromis, tapi diharapkan dapat menjadi leader yang siap tampil untuk memimpin bangsa.


Komentar

Postingan Populer