HUMANISME PERPUSTAKAAN BELANDA

Rakyat Belanda yang kesohor gila baca itu menempatkan bangsa mereka sebagai salah satu bangsa yang berada pada jajaran terdepan di bidang pendidikan. Riset menjadi amat digandrungi hingga menempatkan sebelas universitas negeri kincir angin pada daftar dua ratus Universitas terbaik versi Times Hinger Education Supplemen pada 2009.

Pencapaian gemilang tersebut mengerucut menjadi pertanyaan, apa faktor mendasar yang mendukungnya? Lalu bisakah kita menyamai bahkan melebihinya?

Humanisme Perpustakaan

Di Belanda peran pemerintah amat kentara. Akses mendapat bahan bacaan berkualitas didukung dengan perpustakaan perpustakaan yang mereka bangun. Terdapat 171 gedung perpustakaan yang tersebar di 418 gemeente (kota atau desa). Tiap kota dan desa memiliki satu bahkan lebih dari dua perpustakaan.

Di Den Haag yang berpenduduk setengan juta jiwa, terdapat sembilan belas gedung perpustakaan. Lain lagi dengan Delf. Kota kecil berpenduduk 96.000 jiwa pada Februari 2005 ini, memiliki tiga perpustakaan umum disamping perpustakaan Techniek Universiteit (TU Delft) yang berbangunan modern.

Sedang fasilitas tak kalah mumpuni. Subsidi besar diberikan pemerintah. Sebagai contoh, menurut pengakuan Pustakawati di perpustakaan umum Arnhem, Martha Dwi Susilowati, perpustakaan tempatnya bekerja mendapat sokongan dana sebesar 3 juta euro per tahun.

Hal ini berimbas pada jumlah buku yang terus bertambah. Di Koninklijke Bibliotheek atau Perpustakaan Nasional di Den Haag, pada 2004 saja terdapat terdapat 3,3 juta material perpustakaan. Terdiri dari 2,5 juta berbentuk buku dan naskah-naskah anuskrip abad pertengahan sampai publikasi mutakhir.

Dari sisi layanan, hal hal birokratis dipangkas. Bagi anak anak dibawah delapan belas tahun dibebas-biayakan. Khusus bagi mereka, terdapat ruang khusus bisa dimasuki oleh mereka saja. Selain terdapat buku buku menarik, merekapun dimanjakan dengan sejumlah fasilitas seperti VCD/DVD, CD Room, mainan dan perangkat komputer dengan koneksi internet. Ada kalanya petugas perpustakaan tak hanya bertugas memelihara buku tapi bertugas pula sebagai story teller. Mereka melayani tiap anak dengan simpatik.

Pengelola menyelenggarakan sejumlah event rutin. Seperti lomba menggambar dengan tema tertentu.Dilain kesempatan untuk memperingati pengarang buku anak terkenal Annie M.G. Schmidt yang sudah meninggal, diadakan lomba mewarnai tokoh Floddertje yang merupakan figur karangan Annie.

Bagi orang dewasa perpustakaan Kerajaan (Koninklijke Bibliotheek) di Den Haag dapat dijadikan alternatif kunjungan. Selain dilengkapi sejumlah buku, dikabarkan pada 2011 ini Koninklijke Bibliotheek akan melansir situs khusus yang memuat seluruh koran Belanda yang terbit antara 1814 sampai 1998, ditaksir terdapat 8 juta halaman. Juga seluruh buku dan majalah yang pernah dipublikasikan di Belanda akan di-digitalisir dan diunggah ke situs itu.

Percepatan Pendidikan Kita

Dengam segala fasilitas tadi, warga Belanda bisa membaca kapan dan dimana saja. Tak heran pendidikan mereka melesat dengan cepat. Hal itu dapat kita jadikan model. Musti ada sinergi dari pemerintah dan siapapun yang beritikat memajukan pendidikan di negeri ini. Pembangunan sarana seperti gedung perpustakaan dan fasilitasnya musti digalakan.

Hal ini membuka kesempatan untuk mewujudkan pendidikan ramah bagi siapapun. Hingga kelak tak membuat pelajar dan mahasiswa kita cuma berangan dengan mengatakan, “Als ik eens Nederland was, seandainya aku seorang Belanda.”

Pustaka

Komentar

Postingan Populer