Antara Blogger, Debus, dan Ekspansi Wisata Banten


Kesalahpahaman masih kerap terjadi di tengah masyarakat mengenai debus hingga saat ini. Unjuk kekebalan yang dipertontonkan tanpa tabir seperti pada pertunjukan sulap modern, tak ayal menimbulkan kesan angker. Padahal sejatinya debus memiliki kandungan  filosofis yang dalam. Selain itu terbuka potensi amat luas untuk mempromosikannya bukan hanya di dalam negeri tapi juga hingga ke mancanegara.

Dalam hal ini blogger, baik yang bersifat personal ataupun komunitas dapat mengambil peran. Turut serta mempromosikan debus melalui tulisan adalah langkah nyata yang positif. Tentu sudah menjadi tugas tiap elemen masyarakat untuk memberi pemahaman yang benar sekaligus memperkenalkan kebudayaan bangsanya.

Berdasarkan data PB+ pada 2010 jumlah blogger di Indonesia mencapai 2 juta orang. Hal ini menandaskan bila masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang gemar berbagi ide dan buah pikiran melalui dunia maya. Apalagi bila hal itu ditambah dengan pemanfaatan jejaring media sosial lain, maka jumlahnya akan meningkat. Masih menurut PB+ terdapat 25 juta pengguna Facebook per Juli 2010 di Indonesia, sedang pengguna Twitter berada di peringkat ke 6 dunia.

Dengan angka yang siginifikan tersebut, terdapat modal besar untuk mengkampayekan suatu isu atau berita tertentu. Memperkenalkan sekaligus mempromosikan debus dalam prespektif yang benar pada masyarakat bukan lagi hal yang mustahil. Melalui tulisan yang dipublikasikan secara massif di dunia maya, baik menggunakan bahasa Indonesia ataupun bahasa asing pelan pelan akan mengikis kesalahpahaman menenai salah satu warisan kebudayaan nusantara yang eksotis itu. Saat ini internet menjadi media yang efektif karena telah bisa diakses demikian mudah. Orang tak memulu musti ke warnet atau langganan internet secara rutin, dengan ponsel sekalipun siapapun bisa berinternet ria.


Debus dan Kontribusi Blogger
Adapun tugas blogger yang pertama adalah memberi pemahaman benar mengenai debus. Menurut Pensiunan Kepala Seksi Kebudayaan Kandepdikbud kabupatan Serang Almarhum Tb A Sastra Suganda, debus berasal dari gedebus, yaitu nama benda yang digunakan dalam atraksi kekebalan tubuh. Benda yang terbuat dari besi tersebut digunakan untuk melukai diri sendiri. Karena itu nama debus dapat diterjemahkan sebagai ‘tidak tembus.’

Jauh dari kesan sok jagoan atau pamer kesaktian, sejatinya debus mengandung nilai nilai filosofis yang amat dalam. Dalam sudut pandang filosofis relijius ia adalah manifestasi dari bentuk penyerahan diri pada Allah SWT. Dengan segenap kerendahan hati manusia membuat persaksian diri bila mereka tak memiliki daya dan kekuatan bila tak dibantu olehNya. Hal ini tergambar pada ramapalan doa yang dibacakan sebelum pertunjukan debus yang berbunyi, "Haram kau sentuh kulitku, haram kau minum darahku, haram kau makan dagingku, urat kawang, tulang wesi, kulit baja, aku keluar dari rahim ibunda. Aku mengucapkan kalimat la ilaha illahu".

Doa kemudian berbuah keyakinan, dan dengan bekal keyakinan tersebutlah para pemain debus percaya kalau benda benda tajam seperti golok, pisau, parang atau peluru tak akan sanggup menembus tubuh mereka jika Allah tak mengijinkan. Berkaitan dengan hal ini, Pimpinan Yayasan Debus Sosorohan H. Moch Idris mengatakan debus merupakan seni yang kaitannya dengan unsur unsur dakwah sebagaimana awal kesenian itu didirikan pada masa sultan maulana Hassanudin san sultan banten berikutnya. Hal senada juga disampaikan Pak Rusmendi pimpinan TTKKDH (Tjimande Tari Kolot Kebon Jeruk Hilir) Labuan. “Jangan salah sangka bahwa ilmu kebatinan itu jahat seperti yang dikira banyak orang. Ini adalah intisari dari kitab Al-Quran juga yang memerlukan ketekunan dan kesabaran untuk mempelajarinya,” ujarnya.

Nilai filosofis lain dari debus adalah segala hal mustahil dapat terwujud bila diikhtiarkan secara konsisten dan penuh keteguhan hati. Untuk menguasai debus, seseorang butuh latihan yang panjang dan serius. Sebagai contoh latihan untuk menguasainya dilalui dengan puasa tujuh hari tujuh malam, tanpa sahur. Buka puasa hanya berupa nasi tawar dan air putih. Sedang latihan fisik tak kalah berat dilakukan terus menerus dan sepanjang tahun. Hal ini bertolak belakang dengan cara pandang remaja saat ini yang ingin mendapatkan segalanya dengan cara instan. Budaya konsumtif telah membuat mereka menjadi pribadi pribadi cengeng, yang mengeluh dan merajuk bila mendapat masalah dan cenderung mekasakan kehendak bila memiliki keingianan.

Hal kedua yang dapat dilakukan blogger adalah mempromosikan debus. Hal ini memberi dua keuntungan sekaligus. Keuntungan pertama adalah bagi provisi banten. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Banten Egy Djanuiswati, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2009, tingkat konsumsi ekonomi dari sektor pariwisata di Banten mencapai Rp5,66 triliun terdiri atas konsumsi wisatawan nusantara mencapai Rp 4,95 triliun dan wisatawan mancanegara mencapai Rp708 juta. Nominal ini diperkirakan akan meningkat  karena Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Provinsi Banten menargetkan pada 2012 ini  kunjungan wisatawan domestik  ke sejumlah objek wisata banten mencapai 30 juta orang. Belum ditambah dengan kunjungan wisatawan mancanegara.
       
Keuntungan kedua adalah bagi para seniman debus sendiri. Selama ini honor yang didapat untuk satu kali pementasan debus sekitar Rp 500 Ribu. Jumlahnya menlonjak hingga Rp 1 juta bila dipentaskan di tempat yang lebih komersil seperti taman Impian Jaya Ancol atau Taman Mini Indonesia Indah. Namun jumlah uang tersebut kemudian dibagikan secara merata pada seluruh pemain.
         
Dengan honor minim tentu tak dapat menjamin kesejahteraan para pemain debus. Namun harapan masih terbuka bila ekspansi pemasaran debus terus dilakukan secara gencar baik di dunia maya dan dunia nyata. Harapan besarnya adalah, kelak bukan hanya kelompok debus Abah Barce (Tokoh Spiritual Debus) saja yang dapat melanglang buana seperti ke Amerika Serikat, Australia, Jerman, Jepang, Malaysia, Spanyol dan Belanda. Namun kelompok kelompok debus lain, yang belum terekspos pun dapat melakukan hal serupa. Dengan demikian para seniman debu dapat meningkatkan taraf hidup menjadi lebih sejahtera.


Mulai Beraksi Nyata
Siti Nurhasanah, anggota Keluarga Mahasiswa Banten UIN Bandung menandaskan pendapatnya tentang debus. “Sebagai putra daerah harusnya kita melestarikan dan mengembangkan budaya kita sendiri kan,” ujarnya. Memberi pemahaman yang benar tentang debus sekaligus mempromosikannya bisa menghasilkan efek domino yang positif. Blogger dengan segenap kapabilitas menulisnya, tanpa melihat asal usul dan suku bangsa dapat menjadi marketer marketer yang efektif. Internet yang sifatnya dapat diakses dimanapun dapat mempermudah proses prmosi debus.

Pada lain kesempatan para bloggerpun dapat melakukan kopi darat atau bertemu di dunia nyata. Kesamaan visi yang telah terbentuk di dunia nyata dapat diwujudkan secara berkelompok. Aksi DBLOGGER yang mengkampanyekan keselamatan berkendara atau aksi DOT’S dalam mengumpulkan buku untuk disumbangkan dapat dicontoh. Para Blogger yang mengkampanyekan debus dapat membuat semacam festival debus nasional. Masyarakat dapat datang ke festival itu kemudian dapat menyaksikan pertunjukan pertunjukan dari kelompok kelompok debus Banten. Lebih jauh tak mustahil bila terdapat minat besar, masyarakat umum termasuk warga asing mempelajarinya.
         
Mulai bergerak dengan segenap kesadaran adalah kontribusi blogger atas kecintaan terhadap budaya daerah. Tanpa diminta sudah semustinya para blogger mulai memposting tulisan tulisan mengenai debus. Dengan begitu peran blogger bukan hanya have fun on the net semata tapi juga memiliki nilai tambah.


Sumber Pustaka

http://www.mediaindonesia.com/move/?p=1635
http://www.potlot-adventure.com/2009/04/23/debus-atraksi-mengerikan-dari-banten/
http://yoszuaccalytt.blogdetik.com/2011/03/04/komunitas-online-peranannya-dalam-masyarakat/
http://panoramabanten.com/detail_berita.php?id=38
http://anggaz.wordpress.com/2011/05/07/ilmu-debus-2/
http://ratuatut.com/sudut-banten/pariwisata/684-target-30-juta-wisatawan-banten-tercapai-pada-2012
http://www.wisatanews.com/budaya_lengkap.php?id=381

Komentar

Postingan Populer