Jiwa Samurai dalam Katana


Terdapat dialog menarik dalam film the last samurai. Saat Nathan Algren hendak menyampaikan pesan terakhir sang panglima Katsumoto dan menyerahkan sebilah katana pada kaisar Meiji. Algren berkata, “Pedang ini adalah simbol budaya bushido, jiwa para samurai, kepribadian Jepang adalah milik kaisar, kami hanya melaksanakan amanat, memenggang teguh komitmen kami dalam melaksanakan tanggung jawab itu. Pedang ini adalah milik kaisar. Pedang ini sekarang dikembalikan kepada pemiliknya”.

Ya, katana yang kadang sebagian dari kita mensalah tafsirkannya dengan istilah samurai, seperti dikatan Algren bukan sekadar senjata biasa. Namun prespektifnya mengerucut lebih filosofis. Semangat bushido, selain terefleksi dalam tindakan juga pada senjata yang para samurai sandang. Katana sendiri biasanya disandingkan dengan wakizahi yang ukurannya lebih pendek. Keduanya disandamh bersamaan dan disebut daishoo atau besar dan kecil. Bedanya katana dipakai dalam perperangan terbuka, sedang wakizashi dipakai sebagai senjata sampingan. Digunakan untuk menikam atau perkelahian jarak dekat.

Tak sama dengan kebanyakan pedang di negara lain, cara meletakan mata katana pada pinggul mengarah keatas sedang pedang lain ke bawah. Dengan cara demikian dapat mempermudah seorang samurai dalam beraktifitas, misalnya melakukan sumpah darah. Hanya dengan menarik sedikit gagang dan menggoreskannya pada ibu jari maka sumpah itu dapat dilakukan.

Dalam katana terepresentasi jiwa samurai seperti kesabaran, disiplin, kegigihan, kekuatan, tanggung jawab, tugas dan etika. Seorang samurai sangat bergantung dengan pedangnnya dalam peperangan atau duel satu lawan satu. Karena nilai nilai bushido sudah terintegrasi dalam pedang mereka, maka tak ada lagi perasaan takut mati. Ia akan melakukan segala cara untuk mengambil sebilah katana bila terjatuh meski harus mempertaruhkan nyawa. Mengembalikannya kembali kepada kaisar seperti dilakukan katsumoto adaah tanda kemormatan dak kesetiaan.

Kendati jenis senjata lain seperti yumi (busur komposit), yari (tombak), naginata (tombak dengan ujung bermata pedang dan sebagainnya, mengutup Algren pula katana memiliki makna lebih. Ia merupakan jiwa bagi samurai. Mereka menganggapnya sebagai bagian dari diri mereka. Penghormatan ditunjukan dengan memberikan nama da menganugrahkan medali pada pedang mereka.

Penghormatan juga ditunjukan melalui cara pembuatannya yang tidak asal asalan. Mitsuo Kure dalam buku samurai an illustrated history, menyebutkan digunakan teknik khusus dimana digunakan biji besi khas Jepang atau akrab disebut  Tamahage yang lunak pada inti pedang. Sedang biji keras pada bagian pinggirnya. Pembentukan melalui tahap pemanasa, pelipatan dan penempaan bilah pedang. Teknik pengerasan bila pedang para samurai dapat dibilang maju karena mempertahankan elastisitas pedang hingga jika terkena benturan tak kan rekat atau patah. Selain itu seperti disampaikan penulis artikel Amelie Gam pengrajin pada masa lalu mencurahka ide dalam proses perancangan katana. Pedang karya mereka memiliki fleksibelitas lebih tinggi dan lebih ringan.

Katana adalah jiwa para samurai. posisinya tak dapat dipisahkan seperti embun dan pagi atau seperti ikan dan air. kehadirannya bukan cuma jadi senjata untuk membela diri, tapi juga memiliki simbol filosofis. di dalamnnya terkandung semngat pantang menyerah, kesabaran, disiplin dan sikap gentle untuk menanggung risiko bila melakukan kesalahan. di hadapan katana, tiap samurai sejati jadi pejuang yang sesungguhnya.

Komentar

-Gek- mengatakan…
Katana itu bukannya nama mobil ya? :)
suguh kurniawan mengatakan…
ah itu mah bisa2nya orang indonesia biar produk asing keliatan keren di jua di dalam negeri ^^
distributor jelly gamat mengatakan…
namanya katana lucu juga
jus manggis murah mengatakan…
senjatanya waw sungguh bkin takut
Unknown mengatakan…
Smurai itu bukan pedang..ingat ya

Postingan Populer