MELAHIRKAN PEMUDA ISLAM PRESTATIF DENGAN KARAKTER BAKU (Bagian II)

Selanjutnya, mari kita uraikan lebih dalam karakter Baik dan kuat pada sub bab selanjutnya.

2.2.1 Karakter Baik
Karakter baik melambangkan kearifan pribadi. Bagaimana dengannya kita diajak untuk melakukan koreksi diri. Pembenahan pribadi wajib dilakukan bila kita menghendaki perubahan ke arah yang lebih baik. Akhlaqul karimah adalah tujuannya. Seperti disampaikan Aa Gym, karakter baik memiliki tiga ciri sebagai berikut,

• Ikhlas
Ikhlas secara bahasa memiliki arti membersihkan. Sedang secara istilah ialah membersihkan hati supaya
menuju kepada Allah semata. Dengan kata lain ibadah baik yang sifatnya vertikal pada Allah SWT ataupun horizoltal pada sesama mahluk tak boleh diniatkan selain pada Allah.

Dalam riwayat, Umar bin Abdul Aziz sempat tiba-tiba turun dari mimbar saat sedang berkhutbah. Pada kesempatan lain, beliau sempat pula merobek kertasnya ketika sedang menulis kitab. Setelah dicari tahu, ternyata hal tersebut dilakukan karena sempat muncul perasaan riya dalam dirinya. Timbul lintasan hati ingin mendapat pujian karena memiliki kepandaian dalam berbicara dan menulis kitab. Beliau kemudian berkata, “Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejelekkan diriku sendiri.”

Ikhlas menjadi pondasi penting dalam amal. Ia mencerminkan niat, apakah dilakukan tulus karena Allah atau ingin mendapat pujian mahluk? Salah dalam berniat maka akan sia-sia pula amal. Hal ini tercermin dalam hadist Rasulullah Mummad saw yang berbunyi, “Sesungguhnya perkara yang paling aku khawatirkan dari beberapa hal yang aku khawatirkan adalah syirik kecil. Sahabat bertanya,”Apa syirik kecil itu, ya Rasulallah?” Beliau menjawab,”Riya.” (HR Ahmad) .

Ciri selanjutnya pribadi ikhlas adalah tidak berduka karena cobaan dan tidak ujub karena mendapat nikmat. Peristiwa yang menurut mahluk baik atau buruk baginya sama saja,. Adanya rizki tak menjadi lupa diri, hilangnya rizki tak membuat bersedih.

Hal ini tercermin dari sikap nabi Ayub yang tak luntur kecintaannya meski telah dicabut segala kemewahan dunia dan ditimpa ujian berupa penyakit selama bertahun-tahun. Contoh lain bisa kita teladani dari Khalid bin Walid, yang tak protes saat Umar bin Khattab menurunkan pangkatnya menjadi prajurit biasa. Padahal sebelumnya ia adalah seorang panglima besar yang memimpin 46.000 pasukan Islam dalam melawan 240.000 orang tentara Bizantium, dan berhasil menaklukan pasukan Romawi yang jauh lebih terlatih dan bersenjata lebih lengkap.

Khalid berkata, “Saya berjuang untuk kejayaan Islam. Bukan karena Umar!" kemudian iapun kembali melanjutkan perjuangannya tanpa memikirkan tanda pangkat dan kedudukan. Karakter Ikhlas adalah jalan menuju kemerdekaan, membebaskan belenggu, menanggalkan segala niat yang keliru dalam hati. Tak lagi tertinggal beban dalam hati, karena segala amalan hanya untuk Allah Swt.

Sedang latihan untuk menjadi pribadi Ikhlas seperti disampaikan oleh Yahya bin Abi Katsir berkata, “Belajarlah niat, karena niat lebih penting daripada amal.” Hal ini dikuatkan oleh Muththarif bin Abdullah yang berkata,”Kebaikan hati tergantung kepada kebaikan amal, dan kebaikan amal bergantung kepada kebaikan niat.” Sudah masanya untuk merubah orentasi amal kita. ibadah mustinya tak lagi karena ingin dilihat mahluk tapi karena Allah Swt. Bilapun toh masih ada lintasan hati ingin dinilai mahluk, maka mohonlah perlindungan dari Allah, karena Dia maha menyelamatkan.

• Jujur
Karakter jujur bagi seorang pemuda Islam bukan sekadar menjadi topeng. Lebih dari itu, ia adalah lambang dari kehormatan dan integritas yang terjaga dari hal-hal khianat.

Jujur bermakna keselarasan antara kata dan perbuatan. Dalam sebuah hadist Rasulullah Muhammad SAW bersabda, “Selalulah kamu jujur, karena sesungguhnya jujur itu mengantarkan kamu pada kebaikan dan kebaikan itu sesungguhnya mengantarkan pada surga. Sedangkan dusta akan mengantarkan pada keburukan dan dosa, dan sesungguhnya dosa itu akan mengantarkan pada neraka.” (Hadits: Mutafaqun Alaih)

Sejarah gemilang Islam dikenal bukan hanya karena kisah para pejuanganya di medan perang, tapi juga karena riwayat kejujurannya yang terjaga. Rasulullah saat masih muda mendapat julukan Al-Amin atau yang dipercaya. Hal itu diakui bukan hanya oleh kawan tapi juga lawan. Sempat Abu Jahal berkata di hadapan kaum Quraisy, “Sesungguhnya kami tidak mendustaimu (Muhammad), hanya saja kami mendustai ajaran yang kamu bawa. (mahluktermulia.wordpress.com: 21 April 2013)

Kejujuran Rasul tercermin saat beliau berniaga. Bila berjanji beliau selalu menepati janji. Sedang bila mengantarkan barang dagangan selalu tepat waktu dengan kualitas sesuai pesanan. Karena itu pelangganya tak pernah merasa kecewa atau mengeluh. Integritas dan tanggung jawab terhadap tiap transaksi beliau perlihatkan pada siapapun. Berkat kejujurannya Rasulullah SAW, meminjam ungkapan Pakar Ekonomi Syariah Dr. Muhammad Syafii Antonio, telah “membangun usaha dari kecil, dari sekadar menjadi pekerja, kemudian dipercaya menjadi supervisor, manager, dan kemudian menjadi investor.” (m-alwi.com: 21 April 2013)

Karena itu mulai saat ini, tak ada lagi perkataan bohong terucap dari mulut kita. Tak ada lagi janji yang tak ditepati dan kepercayaan yang dikhianati. Sekali orang tak percaya karena khianat maka selamanya kita mencorengkan noda hitam pada sejarah hidup kita. Bukankah pepatah lama telah berdedah, “Sekali lancung ketujuan, seumur hidup tak dipercaya lagi.” Lebih sulit mengembalikan kepercayaan orang lain dari pada menyembuhkan luka di tubuh. Berjuang menjadi pribadi berintergritas musti menjadi resolusi hidup. Jaga ia baik-baik, karena intergritas adalah pertaruhan atas kehormatan kita sebagai seorang Muslim.

• Tawadhu
Tawahdu menurut Abu Yazid Al Bushtami adalah karakter pada diri seseorang yang tidak memandang jika ia lebih baik dari orang lain dan tidak memandang ada orang lain yang lebih buruk dibanding dirinya. sedang Ibnu Atha’ berkata, “Tawadhu’ adalah menerima kebenaran dari siapapun. Kemuliaan itu ada di dalam tawadhu’, barangsiapa yang mencari kemuliaan di dalam kesombongan maka seolah-olah dia mencari air di dalam api.”

Tawadhu bukan dramatisasi penampilan dengan mengenakan pakaian jelek dan lusuh. Bukan pula prilaku yang dibuat-buat hingga orang lain merasa iba. Tawadhu adalah cermin dari sikap proporsional. Tidak di lebih-lebihkan tidak juga dikurang-kurangkan.

Ada kalanya karakter tawadhu dimiliki seorang kaya serpeti nabi Sulaiman. Beliau memberi makan mahluk hidup dalam jumlah yang banyak, tapi hatinya tetap terjaga dari kesombongan. Namun, ada kalanya karakter tawadhu dimiliki pribadi sederhana seperti sahabat Rasul, Zuwaibar, yang karena kemiskinan dan penampilan fisiknya yang buruk rupa tak lantas mendramatisir masalah dengan jadi peminta-minta, ingin dikasihani atau menjadi beban.

Karenanya jadi tak lagi penting mencari perhatian dari mahluk. Segera melupakan kebaikan setelah melaksanakannya dan segera bertaubat bila melakukan kesalahan. Dengan melakukannya tidak untuk ingin mendapat pujian mahluk, tapi memang Allah saja yang memerintakan untuk berbuat demikian. Seperti sabda Rasulullah saw, “Barang siapa rendah hati kepada saudaranya sesama muslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barang siapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya.” (HR Ath-Thabrani)

Untuk menjadi pribadi tawadhu, kita dapat mengkaji konsep 2B 2L yang digagas oleh Aa Gym. Konsep 2B 2L ini terdiri dari,
  1. Bijak mengakui jasa dan kelebihan orang lain. selalu ada langit di atas langit. Belajar dari kelebihan orang lain adalah ciri ketawadhuan.
  2. Bijak terhadap kekurangan dan kesalahan orang lain. Tak ada orang yang sempurna. Tugas kita adalah membantu orang lain agar sama-sama tumbuh menjadi pribadi lebih baik.
  3. Lihat kekurangan dan kesahalan diri sendiri. Instrospeksi diri musti dilakukan. Tak perlu merasa diri memiliki kelebihan di hadapan mahluk. Karena pada dasarnya kita cuma mengaku-ngaku punya sesuatu padahal semua hanya pinjaman dan kan kembali pada Allah SWT.
  4. Lupakan jasa dan kebaikan diri sendiri. Bukankah amal yang baik itu saat tangan kanan berbuat, tangan kiri tak mengetahuinya? Allah maha menilai dan memberi balasan. Cukup ia yang jadi Tujuan.(Trim, 2005: 54)
2.2.2. Karakter Kuat
Karakter kuat merupakan cermin dari pribadi yang bersungguh-sungguh menggapai suatu tujuan. Ikhitiar menjadi syarat wajib, sedang doa musti pula menyertai tiap laju dan langkahnya. Karakter kuat menegaskan bila impian tak begitu saja dapat diraih dengan gratis. Ia perlu diperjuangkan dengan sebagap kemampuan.percayalah, segala hal yang didapat secara gratis tak kan ada gregetnya.

Sama halnya seperti karakter baik, karakter kuatpun memiliki tiga cirri sebagai berikut,
• Disiplin
Apabila diibaratkan dengan otot, maka disiplin tiap orang memilki tenaga berbeda-beda. Agar memiliki disiplin kuat, maka diperlukan latihan kuat pula. Definisi disiplin sendiri adalah, “melatih diri melakukan segala sesuatu dengan tertib dan teratur secara berkesinambungan untuk meraih impian dan tujuan yang ingin dicapai dalam hidup.” (belajarpsikologi.com: 21 April 2013)

Dari definisi di atas dapat diambil kesimpulan bila disiplin tak dapat dibentuk dengan cara instan. Ia adalah aktifitas yang dilakukan secara berulang-ulang hingga membentuk karakter kuat. Dengannya perlahan akan tergerus kemalasan, membuat pembenaran dan menunda-nunda pekerjaan.

Kesimpulan lain yang dapat diambil adalah bila disiplin dapat terbentuk jika memiliki target yang hendak dicapai. Menyadari benar manfaat atas aktifitas yang sedang dilakukan akan membentuk kedisiplinan. Sebagai contoh, bila sadar shalat lima waktu dapat mendekatkan kita dengan Allah, maka kita akan mati-matian berusaha untuk tidak meninggalkannya. Jika sadar dengan shadaqah dapat mengundang lebih banyak rizki, maka tak akan luput satu haripun bagi kita untuk bersedekah.

Berkaitan dengan membentuk karakter disiplin, mari kita tengok bagaimana rakyat Jepang mempraktekannya. Bagi mereka terlambat tanpa keterangan akan membuat orang lain khawatir dan berpikir pada hal-hal buruk seperti kecelakaan, sakit atau ada halangan yang menyulitkan. Sengaja terlambat atau mengkingkari janji berarti menyakiti perasaan orang lain. Karena itu bila memang benar-benar tak bisa menepati janji mereka selalu memberi informasi. Sedang bila sudah membuat janji maka sekuat tenaga berusaha untuk datang lebih cepat dari jadwal yang telah disepakati. Pepatah Jepang berkata “Kunshi wa hitori otsutsa shinu” (orang hebat selalu menjaga perilakunya, meskipun sedang sendiri), dan dengan kedisplinan Jepang berdiri dengan rasa hormat.

Contoh lain, meski terkenal rapi dan bersih, orang Jepang getol mengkampayekan negara mereka sebagai utsukushii kuni (Negara yang cantik). Di Universitas Chukyo misalnya, telah terbentuk grup sukarelawan Gomihiroi-tai atau pasukan pemungut sampah. Relawan yang bergabung diharapkan dapat membantu menjaga kebersihan kampus. Bila menemukan sampah seperti puntung rokok atau permen karet relawan tak boleh berpura-pura tak melihat atau mengumpat dengan berkata, “Dare ga tsuteta?” (siapa sih yang buang?), tapi dengan penuh kesadaran harus langsung memungutnya.

Jepang memulai disiplin dari hal-hal sederhana dan kecil tapi dilakukan secara konsisten. Sudah selaiknya kita mencontoh. Berjuang untuk senantiasa shalat berjamaah, membaca Al-Qur’an setelahnya, menunaikan puasa sunnah, bersedakah adalah beberapa contoh nyatanya.

• Berani
Berani seperti yang dikatakan Anis Matta dalam buku ‘Mencari Pahlawan Indonesia’ adalah kekuatan yang tersimpan dalam kehendak jiwa yang mendorong seseorang maju untuk menunaikan tugas baik tindakan maupun perkataan, atau untuk mencegah suatu keburukan dan menyadari semua kemungkinan risioko yang akan diterima.

keberanian adalah energi yang merubah angan-angan menjadi nyata. Ia adalah bensin yang ditumpahkan ke atas bara api yang tengah redup hingga menyala kembali. Prestasi dunia akhirat hanya milik para pemberani karena tak semua orang memiliki nyali menghadapi risiko. Seperti dikatakan Jalaluddin Rumi, ada orang yang berani berjalan kaki hingga ke Mekah untuk menjalankan ibadah Haji, tapi ada juga orang yang demikian berat untuk berangkat ke masjid meski masjid itu ada di dekat rumahnya.

Para pemberani menyikapi risiko bukan sebagai halangan apalagi musuh. Tapi menjadikannya sebagai tantangan. Semakin tinggi tantangan, semakin mereka bersemangat. Adapun musuh utama dari keberanian bukanlah rasa takut. Karena takut adalah karater manusiawi yang dimiliki tiap insan. Musuh keberanian sesungguhnya adalah sifat malas. Sebab malas seperti kanker, yang bila didiamkan terlalu lama akan menjalar ke seluruh tubuh. Ia merontokan semangat, meruntuhkan harapan dan memupus cita-cita.


Cara satu-satunya tuk menggalahkan kemalasan adalah melawannya. Kemalasan dapat berganti keberanian jika kita sadar akan manfaat yang ada dibaliknya. Tentu jalan yang harus ditempuh terasa berat, melelahkan dan pahit. Tapi seperti seperti mendaki gunung yang amat tinggi, semua rasa sakit itu kan berganti dengan kebahagiaan bila telah sampai di puncaknya.

Karena itu, Rasulullah berani bangun malam dan menunaikan Qiyamul lail ketimbang tidur. Dengan begitu beliau semakin bisa ma’rifat pada Allah SWT. Karena itu, Evliya Celebi, petualang muslim legendaris di era Turki Usmani pada abad ke 17, berani untuk menjelajah ke belahan bumi yang jauh ketimbang berleha-leha di rumah. Sebab dengan menjelajah, ilmunya akan bertambah, wawasannya semakin luas dan hikmah dapat mematangkan pribadinya. Karena itu, Andrea Hirata berani menuntun sepeda motornya berpuluh kilo meter di Belitong, untuk benar-benar menjiwai kisah masa kecilnya yang kemudian ditulis menjadi novel Laskar Pelangi. Muslim sejati adalah pemberani. Dengan begitu ia dapat meraih prestasi luar biasa saat yang lain masih sibuk mencari alasan dan menjadi biasa-biasa.

• Tangguh

Ming-ming memang bukan mahasiswi biasa. Gadis kelahiran 18 April 1990 ini adalah pribadi pantang menyerah. Kondisi keluarga yang serba kekurangan tak menyurutkan semangatnya menggapai pendidikan tinggi. Oleh karena itu, aktifitasnya telah dimulai sejak pukul tiga pagi pagi, saat sebagian besar orang masih tertidur pulas. Ia melaksanakan shalat malam, lantas membantu pekerjaan rumah tangga. Pukul delapan, ia bersiap menuju kampus Universitas Pamulang yang berjarak 40 km dari rumahnya di kampung Sukasirna Desa Rumpin Bogor.

Ming Ming musti berpikir keras guna membiayai kuliahnya secara mandiri. Tanpa canggung ia memungut botol plastik yang ia temui di jalan saat pulang kuliah. Ia tak memungkiri bila kerap mendapat ejekan dari orang-orang yang ditemuinya. Meski begitu tak seorangpun sanggup meruntuhkan semangat belajarnya.

Dari pribadi Ming Ming kita bisa mengambil hikmah, bila keberanian saja belum cukup jika tidak dibarengi karakter tangguh. Berani yang berdiri sendiri, bila tak hati-hati akan membuat semangat menggebu pada langkah awal namun kemudian berpotensi padam pada langkah-langkah selanjutnya begitu menghadapi rintangan. Mundur sebelum bertempur, menyerah sebelum ‘berkelahi. Semangat itu menjadi tak berarti lantaran belum matang diuji.

Sedang jika keberanian dibarengi ketangguhan, maka seseorang akan konsisten dalam menggapai tujuannya. Tangguh adalah simbol dari keuletan, kegigihan dan kesabaran. Sukar memang, melelahkan memang. Namun perlahan tapi pasti keduanya kan mengatar pada kemenangan. Seperti air yang menetes di atas batu kemudian membuat lubang yang tembus hingga ke bawahnya. Seperti bara api yang membakar batu kemudian mengeluarkan kilau emas dari baliknya. Karena itu bila menghadapai ujian bertubi-tubi, masalah yang tak kunjung tuntas, ujian yang dirasa luar biasa berat, maka hadapilah seperti Ming ming menghadapi semuanya itu. Melangkah mundur hanya akan membuat diri kita jadi bahan tertawaan. Sedang maju dengan gigih kan membuka pintu-pintu harapan.

Untuk menjadi pribadi tangguh terdapat tiga syarat seperti disampaikan dalam situs motivasi-islam.com. Di antaranya adalah,
  1. Berpikir Positif, karena dengannya kita seolah sudah bersiaga sebelum genderang perang ditabuh. Akan muncul keyakinan dan optimisme bila tak ada masalah yang tak dapat diselesaikan bila gigih menjalaninya.
  2. Semangat Belajar yang Tinggi, dengan belajar hal-hal baru bukan hanya dapat menambah wawasan tapi juga mematangkan kedewasaan pribadi. Perlu penanganan berbeda untuk masalah yang berbeda. Bila manajemen penyikapan masalah masih berantakan, hasilnyapun pasti akan berantakan.
  3.  Manajemen Diri, mengatur aktifitas agar terus produktif. Tak ada detik tersia-sia kecuali dilewatkan dengan hal-hal manfaat. Dengan begitu kita akan selalu siap untuk menghadapi perubahan dan rintangan macam apapun.

III
KESIMPULAN
Dalam Islam, prestasi tak sekadar menjadi retorika atau wacana. Prestasi justru telah menjadi budaya. Hal itu dibuktikan dengan Karya-karya bermanfaat bagi umat manusia ditemukan oleh para intelektual Muslim.

Saat budaya prestatif ini meredup, dan budaya konsumtif telah mendominasi, diperlukan aksi nyata untuk mengembalikannya. Konsep BAKU merupakan suatu ikhtiar yang dapat dikaji dan dipraktekan. Merubah karakter lemah dan buruk menjadi karakter kuat dan baik adalah tugas para pemuda Islam. Prestasi dunia dan akhirat mustahil diraih dengan berleha-leha. Diperlukan tenaga eksta baik tenaga, harta dan waktu tuk menggapainnya.

Dengan begitu, melahirkan kembali generasi muda Islam prestatif tak lagi jadi sekadar angan-angan. Pemuda Islam dengan karya-karyanya, tak sekadar latah mengikuti arus, terbawa hanyu dan pudar ditelan sejarah. Sebaiknya mereka dapat tampil dibarisan paling depan sebagai pioneer perubahan, leader sekaligus inspirator.

IV
SUMBER PUSTAKA
Buku
• Gymnastiar,Abdullah,2004.7B BANGKIT! Mannajemen Qolbu Untuk Meraih Sukses.Bandung,Khas MQ
• Gymnastiar, Abdullah,2004.Jagalah Hati MQ For Beginners.Bandung,MQS
• Matta, Anis,2004.Mencari Pahlawan Indonesia.Jakarta,The Tarbawi Center
• Trim, Bambang,2005.Meng-install Nyali.Bandung,MQS Publishing

Website
• http://mandiri.dpudt-jogja.org/2012/05/12/kisah-inspiratif-ming-ming-sari-nuryanti-mahasiswi-yang-juga-pemulung/
• http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/11/08/09/lpnl8x-kisah-sahabat-nabi-khalid-bin-walid-si-pedang-allah
• http://muslim.or.id/akhlaq-dan-nasehat/jujur-kiat-menuju-selamat.html
• http://www.suaramedia.com/sejarah/sejarah-islam/9988-evliya-celebi-petualang-muslim-tangguh-di-era-turki-usmani.html
• http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=2785
• http://www.motivasi-islami.com/menjadi-pribadi-tangguh-menghadapi-perubahan-hidup/
• http://dunia.news.viva.co.id/news/read/339918-bunuh-diri-karena-bullying--hantui--jepang
• http://belajarpsikologi.com/menumbuhkan-sikap-disiplin-diri/
• http://abumushlih.com/ma’rifatullah.html/
• http://tanbihun.com/tasawwuf/definisi-riya-dan-penjelasannya/#.udwxyac9gsq
• http://tanbihun.com/tasawwuf/tasawuf/ikhlas-dalam-ilmu-tasawuf/#.uezq_bjltcy
• http://lead.sabda.org/11/oct/2007/kepemimpinan_membangun_disiplin_diri
• http://saputra51.wordpress.com/2012/06/09/jujur-dan-amanah-dalam-islam/
• http://mahluktermulia.wordpress.com/2010/02/22/kejujuran-rasulullah/
• http://m-alwi.com/bisnis-ala-rasulullah-saw-uang-bukan-modal-utama.html
• http://anwararis.wordpress.com/2010/02/22/hikmah-dari-sang-sahabat-buruk-rupa-dan-miskin/
• http://zilzaal.blogspot.com/2012/07/ming-ming-mahasiswi-pemulung.html
• http://harapanumat.wordpress.com/2007/05/11/menjadi-pribadi-yang-ikhlas/
• http://anggakusumaw.wordpress.com/2013/01/24/ingin-hidup-mewah-25-pelacur-sukabumi-adalah-siswi-sekolah/
• http://forum.kompas.com/teras/235294-tokoh-tokoh-penemu-muslim.html
• http://www.psikologi-islam.com/detail-refleksi-38-mari-menuju-prestasi-yang-hakiki.html

Video
• http://www.youtube.com/watch?v=gYUtfInsiPM



Komentar

Postingan Populer